APAKAH KEDUA TELINGAMU DIBUKA?

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.” (Yesaya 50:5).

Prediksi yang luar biasa ini tentang penurutan Yesus kepada Ilahi telah berakar di dalam perintah yang Allah berikan kepada Musa. Kalau Alkitab mengatakan bahwa telinga Yesus dibuka—bukan membuka—hal itu menunjukkan kita lebih daripada kesiapan untuk mendengar dan mengikuti tuntunan Allah.

Keluaran pasal dua puluh satu memberikan kita gambaran latar belakang terhadap kata-kata ini. Di sini pertama-tama kita menemukan ketentuan dari kemurahan Tuhan untuk menolong umat-Nya agar tidak jatuh ke dalam ikatan seumur hidup: “Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa” (Keluaran 21:2). Allah mencintai kebebasan dan menginginkan umat-Nya juga menjadi bebas. Jadi, kalau hukum ini diikuti, tidak ada seorang Ibrani yang ditahan untuk memberikan pelayanan lebih dari enam tahun lamanya.

Tetapi masih ada ketentuan lain: “Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada istriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang-orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup” (ayat 5, 6).

Di sini kita mendapati orang yang memilih dengan sukarela untuk menjadi hamba seumur hidup. Telinganya yang berlubang menjadi tanda bagi semua orang bahwa oleh karena dia mencintai tuannya, maka dia akan menjadi hambanya untuk selama-lamanya. Dia adalah orang yang telinganya telah dibuka.

Walau demikian, Tuhan Yesus, Pencipta langit dan bumi, merendahkan diri-Nya sendiri. Dia “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2:7). Tidak ada dorongan dari luar yang mengendalikan Dia untuk melakukan itu, hanya dorongan dari diri-Nya sendiri, dorongan kasih.

Melalui setiap tahapan perjalanan-Nya, di setiap titik dari misi-Nya, Yesus selalu mendahulukan Allah. Telinga-Nya tentu saja tidak dibuka secara literal, tetapi telinga hati-Nya yang dibuka. Selama Dia hidup, Dia melayani dalam penuh penurutan.

Jadi sahabat-sahabatku, apakah kedua telinga Anda telah dibuka? Apakah Anda begitu mencintai Tuhan sehingga Anda siap untuk mengatakan, “Saya mau menjadi hamba-Mu yang terikat untuk seumur hidup. Saya ingin menjadi seperti Yesus, siap untuk pergi atau untuk tinggal, untuk berbicara atau untuk berdiam diri, untuk menjadi seperti Engkau dan hanya melakukan apa yang Engkau rencanakan untukku.”

Semoga itu menjadi doamu dan doaku untuk hari yang baru ini.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  55

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *