Bejana tukang periuk

BEJANA DI TANGAN TUKANG PERIUK

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Diubahkan oleh Roh
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Kemudian datanglah Firman Tuhan kepadaku, bunyinya: Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel! Demikianlah firman Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! Yer. 18:4-6.

Saya meletakkan pena saya dan mengangkat pikiran saya dalam doa, memohon agar Tuhan mau menghembuskan napas kepada umat-Nya, yang kembali kepada kebiasaannya yang jahat, yang terlihat bagaikan tulang-tulang kering, supaya mereka boleh hidup. Saat-saat akhir sudah dekat, berlalu dari hadapan kita dengan diam-diam, tidak terasa, begitu perlahan, seperti langkah-langkah pencuri di malam hari yang mengejutkan orang-orang yang tertidur dan tidak bersedia. Kiranya Tuhan berkemurahan memberikan Roh Kudus-Nya kepada hati orang-orang yang sekarang sedang terlelap, agar mereka tidak lagi tidur seperti orang-orang lain, melainkan berjaga-jaga dan waspada.

Siapakah sekarang ini mau, walau telah membuang banyak waktu dalam hidupnya, menyerahkan kemauannya sebagaimana tanah liat di tangan tukang periuk, Serta bekerja sama dengan Allah agar dibentuk menjadi bejana yang mulia di tangan-Nya? Oh, alangkah indahnya tanah liat itu di tangan Tukang Periuk itu, alangkah indahnya dia menerima penerangan Ilahi, serta berdiri dalam terang kebenaran. Tidak boleh ada motif duniawi dan mementingkan diri yang dibiarkan hidup, karena jika diberikan tempat, maka Anda tidak dapat dibentuk menurut peta Ilahi. Roh kebenaran menyucikan jiwa.

Bila kita memahami betapa besarnya tugas ini, pikiran orang banyak akan ditundukkan kepada Kristus. Itu jauh melampaui pengertian kita pribadi saat ini, tetapi kelak akan dimengerti, Karena itu, apakah bijaksana bila kita bergantung pada usaha kita sendiri? Kita harus membiarkan Allah bekerja bagi kita. Apakah ada suatu kesempurnaan pun yang terlihat dalam tabiat atau perbuatan kita? Apakah itu berasal dari manusia yang fana? Tidak; semua itu berasal dari Allah, pusat yang agung atau tanda kekuasaan sang tukang periuk atas tanah liat itu.

Oh, alangkah baiknya bila orang-orang yang Tuhan telah karuniakan dengan perbendaharaan kebenaran mau bangkit dan berseru, “Tuhan, apakah yang Engkau kehendaki untuk aku lakukan?” (Kisah 9:6). Terang semakin bertambah untuk menerangi setiap jiwa yang mau memancarkan terang itu kepada orang orang lain. – General Conference Bulletin, 4 Februari 1893.

Kamu Akan Menerima Kuasa, hlm. 40


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *