BENTUK DARI YANG KEEMPAT

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Katanya: ‘Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah Api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” (Daniel 3:25).

Dari seluruh kisah baik yang menggugah dalam zaman dulu, tidak ada yang lebih menggetarkan daripada ekspedisi yang dilakukan oleh Sir Ernest Shackleton ke Benua Antartika. Tetapi itu lebih daripada hanya sekadar cerita tentang keberanian yang di luar kebiasaan. Ada satu elemen agung yang melingkupinya.

Seabad yang lalu Benua Antartika menarik bagi para peneliti. Sesudah Roald Admundsen memenangkan perlombaan ke Kutub Selatan, masih ada satu tujuan lagi: menyeberangi benua dari lautan ke lautan. Tahun 1914, tepat pada saat pecahnya Perang Dunia l, Shackleton keluar untuk melakukannya.

Pada awal tahun 1915, kapalnya, Endurance, telah berhasil menjelajah sejauh sampai 80 mil dari benua tersebut. Kemudian es beku menutup jalan di sekitar mereka, membuat mereka terjebak di dalam teluk. Mereka terhanyut selama sembilan bulan, ketika kapal itu akhirnya tenggelam, mereka menuju ke suatu pulau terpencil yang bernama pulau Elephant.

Kemudian Shackleton dan lima orang lainnya berlayar untuk mencapai pos tempat penangkapan ikan paus di Georgia Selatan sejauh 800 mil, dalam sebuah kapal terbuka berukuran 22  kaki panjangnya. Lebih dari dua minggu kemudian mereka terdampar ke pantai. Mereka tidak hanya telah melewati gelombang-gelombang yang tinggi tetapi juga badai topan yang menenggelamkan sebuah kapal uap berbobot 500 ton.

Namun mereka telah terdampar di suatu pantai di sisi seberang dari tempat pos penangkapan ikan paus yang terdekat. Dengan terdapatnya bukit-bukit 5000 sampai 10.000 kaki tingginya, retakan-retakan dan gletser-gletser, maka Georgia Selatan termasuk daratan yang tidak pernah dilalui. Dan kemudian ada upaya heroik pertama yang lainnya: tanpa istirahat selama 36 jam, Shackleton dan dua orang lain tiba di pos Stromness.

Kisah yang mengherankan ini adalah kisah tentang keberanian. Di hari kemudian Shackleton merefleksikan sebagai berikut: “Kalau saya mengenang kembali saat-saat itu, saya tidak meragukan adanya tuntunan yang memimpin kami, bukan saja hanya di sepanjang padang-padang salju membeku, tetapi juga di sepanjang badai topan yang memisahkan Pulau Elephant dengan tempat kami mendarat di Georgia Selatan. Saya tahu bahwa selama perjalanan yang panjang dan lama, yang membutuhkan waktu 36 jam melewati bukit-bukit yang tidak bernama itu, dan juga melewati gletser-gletser dari Georgia Selatan, tampaknya seperti kami ini berempat, bukan hanya tiga orang.”

Empat, dan bukan tiga. Seperti ketiga orang-orang muda lbrani yang ditemani oleh orang yang keempat di dalam dapur api yang menyala-nyala.

Apakah Anda juga pernah merasakan kehadiran semacam itu? Apakah Anda mengenali bentuk dari yang keempat?

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  65

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *