MEMBERI DENGAN KASIH KARUNIA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta” (Lukas 14:13).

Hari Natal selalu merupakan peristiwa besar di rumah kami. Ibuku, walaupun kecil penampilannya, namun dilimpahi dengan energi dan aktivitas yang mencapai klimaksnya pada musim Natal. Sejak dari bulan Juli dia sudah mulai mempersiapkan hadiah-hadiah pribadi, masing-masing dibuat dengan tangan sendiri. Ketika bulan Desember mulai tiba, dia akan mulai mempersiapkan makanan-makanan: selai-selai, jeli-jeli, kue-kue pai, kue-kue tart, dan roti-roti. Dia memiliki Sembilan orang anak, lalu ada lagi cucu-cucu, dan akhirnya ada lagi cicit-cicit. Pesta Hari Natal akan dipenuhi dengan sekitar 40 orang atau lebih, dan setiap orang menerima hadiah hasil karya tangannya.

Tetapi itu bukanlah segalanya. Beberapa hari sebelum hari Natal, ibu akan menjamu sekelompok orang-orang yang sangat berbeda. Dia membawa pulang orang-orang yang terkurung atau yang dibiarkan tinggal sendirian, yang tidak akan dapat menikmati kehangatan makan malam di sebuah keluarga yang merayakan hari Natal.

Ibuku adalah seorang yang suka memberi, memberi dengan kasih karunia. Dia tidak pernah belajar tentang teologi, tetapi dia menghidupkan ajaran Injil.

Memberi dengan kasih karunia itu jarang sekali terjadi dan sekarang menjadi semakin jarang, sementara gelombang mementingkan diri sendiri menyapu ke seluruh lapisan masyarakat. Kebanyakan dari kita mendapati bahwa adalah tidak mungkin untuk memberi saja—memberi tanpa ikatan-ikatan, tanpa mengharapkan balasan kembali. Paling sedikit ingin agar Paman Sam mau memberikan potongan pajak kepada kita; dan paling besar kita mengharapkan balasan dari si penerima. Kita menginginkan suatu balasan kembali.

Kita juga menghadapi betapa sulitnya kita berdiam diri mengenai pemberian kita. Yesus menceritakan tentang kemunafikan yang kedengaran seperti trompet di keramaian pasar, sehingga semua orang mengetahui betapa murah hatinya kita ini. Mereka mencari—dan mendapatkan—upah berupa pujian dari manusia; tetapi itu adalah hasil dari suatu upah. Namun engkau, kata Yesus, engkau para pengikut-Ku memberikan pemberianmu tanpa gembar-gembor, dan “Bapamu, yang melihat apa yang tersembunyi, akan membalaskannya kepadamu” (Matius 6:4).

Saya memikirkan hari Natal ibuku dengan pemberian-pemberiannya yang sederhana berisi cinta dan tidak mungkin dibandingkan dengan hari Natal orang lain yang hidup di dalam kemakmuran. Hari Natal menjadi peristiwa yang menyebabkan stres tinggi dengan harus memberikan kepada si penyebab stres.

Oh, untuk kesederhanaan di dalam memberi! Itulah cara Allah memberi—dengan kasih karunia.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  66

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *