BOLEHKAH ORANG KRISTEN MEMILIH DALAM PILKADA?

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Praktik memilih, seperti yang kita kenal sekarang, tidak ada pada zaman Alkitab.  Zaman bangsa Israel dulu para pemimpin biasanya dipilih melalui petunjuk ilahi.  Para nabi akan dipimpin oleh Tuhan untuk mengurapi raja-raja masa depan.  Karena kita tidak lagi hidup dalam teokrasi, beberapa orang Kristen percaya bahwa kita harus menjauhkan tangan kita sepenuhnya dari apa pun yang bersifat politik.  Alkitab tidak mendukung sudut pandang ini.

Umat ​​Kristen harus mengakui peran sah dari pemerintah yang terorganisir dalam masyarakat.  Rasul Petrus memberi kita beberapa pedoman tentang hal ini: “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2: 13–17).

Perhatikan contoh tokoh-tokoh Alkitab yang terlibat dalam pemerintahan.  Ingat kepemimpinan Yusuf di Mesir, Daniel di Babilonia, dan Mordekai di Media-Persia.  Umat ​​Kristen dapat menggunakan pengaruh politik yang positif di dunia, khususnya dalam hal menjaga kebebasan beragama.

Beberapa orang didorong oleh partai politik dalam keputusan mereka untuk memilih daripada berdasarkan prinsip.  Akan lebih selaras dengan Kitab Suci untuk melihat persoalan yang ada dibandingkan kepentingan partai.  Kita harus mempertimbangkan masalah dan memilih kandidat yang mungkin paling memenuhi kebijakan moral.  Sekalipun pengetahuan kita terbatas tentang suatu persoalan, kita harus melakukan yang terbaik lalu dengan doa menyerahkan selanjutnya di tangan Tuhan.

Kristus dihadapkan pada persoalan keterlibatan dalam pemerintahan sekuler yang menguasai Palestina.  Tanggapan perseptifnya, dalam kitab Matius, menunjukkan keseimbangan dalam tanggung jawab kita kepada Tuhan dan pemerintah lokal kita.  Dan seandainya keduanya bertentangan, Alkitab menyatakan: “Kita harus menurut pada Tuhan daripada manusia” (Kisah Para Rasul 5:29).

Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Matius 22:21

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *