COCOK UNTUK SURGA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” 1 Yohanes 4: 19.

Kapankah kita cocok untuk surga?

Apakah ketika kita sudah menjalani hidup lama dalam pemuridan dan tidak lagi menyerah pada godaan? Atau apakah sejak saat kita menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, seperti pencuri yang di salib itu?

Dalam catatannya yang klasik mengenai kehidupan Kristus, Alfa dan Omega, jilid 6, Ellen White memberikan jawaban yang menarik: “Kasih bagi manusia merupakan pernyataan kasih Allah terhadap dunia ini. Hal ini harus menanamkan kasih ini, menjadikan kita anak-anak satu keluarga, agar Kerajaan kemuliaan menjadi satu dengan kita. Dan bila kata-kata perpisahan-Nya digenapi, ‘Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu’ (Yohanes 15:12); bila kita mengasihi dunia sebagaimana Ia telah mengasihinya, maka bagi kita tugas-Nya dilaksanakan. Kita cocok untuk surga, karena kita mempunyai surga dalam hati kita” (hlm. 280).

Pandangannya di sini begitu dalam. Menghadapkan kita pada pahit getirnya kehidupan kota, di mana orang-orang berjuang melalui siang dan malam, di mana keprihatinan dan ketakutan terhadap masa yang akan datang telah membekukan hati.

Tetapi saya mendengar seseorang bertanya, “Tidakkah Alkitab berkata kepada kita untuk tidak mencintai dunia ini?” Memang. “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yohanes 2:15). Namun demikian, Alkitab yang sama memberitahu kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Jadi ada dua cara mencintai dunia: sebagaimana manusia berdosa lakukan, atau seperti Allah Yang Mahasuci lakukan.

Yohanes menceritakan bagaimana yang dilakukan manusia berdosa—“keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup” (1 Yohanes 2:16). Tetapi kasih Allah kepada dunia ini adalah kasih sayang yang memberi yang menempatkan nilai-nilai tertinggi pada tiap orang, betapa pun rendahnya akhlak masyarakat atau betapa pun kotornya.

Dan Yesus mengatakan kepada kita caranya: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34). Teks aslinya memungkinkan kita menerjemahkan kata-kata-Nya : “supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu dengan demikian kamu harus saling mengasihi.” Yohanes membuat maksudnya jelas: “Kita mengasihi [bukan hanya Allah atau umat-Nya, tetapi setiap orang), karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanes 4:19).

Saat kita merenungkan kasih karunia, ketika kasih Ilahi-Nya mengalir dalam diri kita, maka kita mulai diubah ke dalam peta-Nya. Dan sama seperti Allah mengasihi dunia ini, begitu juga kita.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm. 163

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *