HARUSKAH SESEORANG TINGGALKAN SEMUA KEBIASAAN BURUK SEBELUM DIBAPTISKAN?

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Saya percaya bahwa perubahan hidup yang nyata  harus terbukti sebelum dibaptis. Inilah mengapa Yohanes Pembaptis menyatakan, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Karena baptisan mencerminkan kelahiran baru, hidup baru, dan pembebasan dari kehidupan dosa, dibaptis sambil tetap diperbudak oleh kebiasaan buruk, seperti minum minuman keras, akan menjadi sebuah paradoks.

 Baptisan mirip dengan pernikahan. Bagi seorang pria untuk menikahi seorang wanita sementara masih berkencan dengan yang lain adalah sebuah kebohongan. Demikian pula, seseorang hendaknya tidak masuk ke dalam persatuan dengan Kristus melalui baptisan sambil tetap rela “berpacaran dengan iblis” di bidang kehidupan tertentu.

 Ketika orang dibaptis, mereka secara terbuka meninggalkan kehidupan lama mereka yang penuh dosa.  Ingatlah bahwa baptisan melambangkan kematian bagi cara hidup lama. Ketika seseorang keluar dari air, itu adalah simbol kebangkitan dan hidup baru di dalam Kristus. Alkitab berkata, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma 6: 4).

 Saya tidak menyarankan bahwa seseorang perlu mengetahui segalanya atau harus sempurna sebelum dibaptis. Tidak ada orang yang memenuhi kriteria tersebut. Namun, tidak seorang pun boleh memasuki hubungan khusus ini tanpa penyesalan. Bertobat berarti berpaling dari melakukan kesalahan dan memutuskan untuk melakukan apa yang benar dengan bantuan Tuhan. Firman Tuhan mengatakannya sebagai berikut: “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6: 6). Bukti kemenangan Kristus akan terlihat dalam kehidupan yang dikuduskan untuk Tuhan.

 Tentu saja, baptisan tidak membawa kesempurnaan, dan orang percaya baru pasti akan merasakan kebutuhan untuk pertobatan setelah baptisan. Syukurlah, kami memiliki janji bahwa “.. jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1 Yohanes 2:1). Saat kita pergi kepada-Nya setiap hari, meminta pengampunan dan kuasa untuk melakukan kehendak-Nya, kita akan tumbuh menjadi lebih seperti Juruselamat kita.

Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.

Matius 3:8

-Doug Batchelor


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *