“Jika Kita Hanya Mamandang Yesus”

Mengenal Yesus
Mari bagikan artikel ini

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang daianm di negeri kekelaman, atasnya  terang telah bersinar.” Yesaya 9:1.

Apa yang membawa kegelapan ke dalam jiwa?

“Jiwa  kita menjadi gelap oleh mementingkan diri, tetapi jika kita memandang  Yesus saja,maka kita akan  mati   untuk diri sendiri.” Upward  Look, hal. 298.

Apakah pertempuran yang sulit  untuk mati  bagi  diri sendiri?

“Pertempuran yang kita harus hadapi  — pertempuran terbesar  yang pernah dijalani  oleh manusia  —  adalah penyerahan  diri kepada kehendak Allah,  penyerahan hati kepada kedaulatan cinta.” The Thought From The Mount of Blessings, hal. 141.

“Diri adalah  hal yang paling  sulit bagi  kita untujk kendalikan.” Upward Look, hal. 218.

“Peperangan melawan diri sendiri adalah  pertempuran terbesar yang pernah dilakukan. Penaklukan   diri, penyerahan sepenuhnya   kepada kehendak Allah, membutuhkan  perjuangan, tapi jiwa  harus tunduk pada Tuhan sebelum dapat diperbaharui  dalam kekudusan.” Steps To Christ, hal.  43.

Bisakah kita  mengosongkan  diri kita sendiri?

“Tidak ada perayaan lahiriah  dapat  menggantikan iman  yang sederhana  dan penyangkalan  seluruh diri. Tetapi  tidak seorangpun  yang dapat mengosongkan diri sendiri. Kita hanya bisa mengizinkan Kristus  untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Maka  Bahasa jiwa adalah,  Tuhan, ambillah hati saya,  karena saya tidak bisa memberikannya. Ini adalah milik-Mu. Jagalah  agar tetap murni,  karena saya tidak bisa menjaganya untuk Engkau. Selamatkanlah  saya dari diri saya, yang lemah, yang tidak  seperti Kristus. Bentuklah, jadikanlah, angkatlah saya ke dalam suasana  yang murni dan suci,  di mana aliran  kasih-Mu   yang berlimpah mengalir  melalui  jiwa saya. “ Christ Object Lessons, hal. 159.

Apa kunci  kemenangan  dalam peperangan  dengan diri?

“Ketika  kita melihat Yesus, seorang  manusia penuh  kesusahan  dan akrab  dengan penderitaan, bekerja untuk menyelamatkan yang hilang,  diremehkan, dicemooh, diejek, diusir dari kota ke kota sampai misi-Nya  tercapai; ketika kita melihat   Dia di Getsemani, berkeringat peluh darah, di kayu salib mati kesakitan – ketika diri kita  melihat ini, diri  tidak akan lagi menuntut untuk diakui. Memandang kepada Yesus, kita   akan menjadi  malu dengan sikap dingin kita, kelesuhan kita, sikap mementingkan diri kita. Kita akan bersedia  untuk menjadi apa saja atau tidak menjadi apa-apa, supaya kita dapat melakukan  pelayanan segenap hati untuk Tuhan kita. Kita akan bersukacita memikul salib  seperti Yesus, menahan pencobaan, malu, atau penganiyaan, demi kepentingan-Nya.” Desire of Ages, hal. 439,440.

“Melihat kepada  Penebus yan tersalib, kita  lebih sepenuhnya memahami besarnya makna  dari pengorbanan   yang dibuat oleh yang Mulia   dari surga. Rencana keselamatan  dimuliakan dihadapan kita,  dan pikiran akan  Kalvari  membangkitkan emosi yang hidup  dan suci  di dalam hati kita. Pujian kepada  Allah dan Anak Domba  akan berada di hati  dan di bibir kita,  karena kesombongan dan penyembahan diri tidah dapat berkembang  dalam jiwa  yang membuat segar  dalam ingatan adegan Kalvari.

Dia yang memandang    kasih tanpa  bandingan Juruselamat akan meningkat pada pemikiran,  dimurnikan, dalam hati,  berubah dalam karakter.” Ibid, hal.661.

“Dia yang melihat Kristus dalam  penyangkalan diri-Nya, kerendahan hati-Nya, akan terdorong  ujntuk mengatakan seperti  yang dilakukan Daniel, ketika  ia melihat salah satu seperti  anak-anak manusia,  “hilanglah kekuatanku.” Daniel  10:8. Kebebasan dan supremasi  diri yang kita  banggakan terlihat  dalam kekejian  yang sebenarnya  sebagai perhambaan  kepada setan. Sifat manusia  selalu  berjuang untuk ekspresi, siap untuk berlomba, tetapi  dia yang belajar dari Kristus  mengosongkan diri dari kesombongan, atau cinta akan kekuasaan, dan ada keheningan  dalam jiwa. Diri  menyerah kepada pembersihan  Roh Kudus. Maka  kita tidak ingin menduduki tempat  tertinggi. Kita tidak memiliki ambisi untuk menekan  dan menyikut  agar diperhatikan, tapi kita merasa tempat tertinggi  kita adalah  di kaki Juruselamat kita. Kita melihat kepada Yesus, menunggu tangan-Nya  untuk memimpin, mendengarkan suara-Nya  untuk membimbing.” Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 15.

Siapa lagi  yang telah diselamatkan dari kemurtadan   dengan memandang  kasih Allah dalam mengaruniakan Putra-Nya?

“Para malaikat memberikan kehormatan dan kemuliaan bagi Kristus, karena merekapun tidak aman kecuali  dengan melihat penderitaan Anak Allah. Melalui pengaruh salib malaikat-malaikat surga dijaga dari kemurtadan. Tanpa  salib mereka tidak akan lebih aman  terhadap  kejahatan  daripda  para malaikat  sebelum  jatuhnya setan. Kesempurnaan malaikat telah gagal di surga.” SDA Bible commentary, vol.5,hal. 1132.

Ringkasan Pokok Pikiran :  Keamanan manusia yang telah  jatuh dan bahkan alam semesta langit ditemukan  di salib. Hanya ketika kita melihat pengorbanan besar surga demi kita maka diri bisa ditaklukkan. Maka bahasa jiwa adalah selamatkanlah saya dari diri saya. Kemenangan atas diri sendiri adalah peperangan terbesar yang pernah dijalani. Mari kita mencari kemenangan ini sementara kita terus melihat Kristus dalam penyangkalan diri-Nya.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *