KAMU TIDAK AKAN PERNAH BERJALAN SENDIRIAN

Belajar Firman
Mari bagikan artikel ini

Oleh: Pdt. Gerry C. J. Takaria

Bencana sedang menghantam Indonesia, bahkan seluruh dunia. Suara tangisan dan kesusahan muncul di mana-mana. Covid 19 membawa penderitaan kepada banyak orang. Covid 19 datang kepada orang kaya dan orang miskin, kepada orang berpendidikan maupun yang tidak sekolah. Dia menimpa siapa saja tanpa pandang bulu, laki-laki atau perempuan. Memisahkan suami dari istri juga istri dari suami yang dikasihi. Memisahkan anak dari orang tua juga kakak dan adik. Banyak ratap tangis dan kedukaan terjadi. Manusia hidup tanpa ketidakpastian, kapankah ini semua akan berakhir? Berbagai tindakan diupayakan untuk membatasi dan bahkan membersihkan virus ini dari setiap tempat, kota, negara namun selalu gagal. Banyak dokter, tenaga kesehatan bahkan pemimpin negara yang menyerah dalam menghadapi situasi ini. Pertanyaannya, bagaimana dengan saya dan saudara yang adalah anak-anak Allah?

Kitab Mazmur 23:4 berkata, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, Gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” Ayat ini berada dalam sebuah lagu yang diubah Daud saat ia bekerja sebagai seorang gembala. Ayat 1-3 berisi pujian Daud kepada Allah yang selalu menjadi Gembala yang setia dan penuh kasih untuk memperhatikan dirinya sebagai domba. Namun ayat 4, Daud mengatakan bahwa kadang Gembala harus membawa dombanya melewati tempat yang sulit dan berbahaya. Tempat itu disebut Lembah Kekelaman yang dalam terjemahan lain disebut Lembah Bayang-Bayang maut. Hal itu dilakukan bukan supaya dombanya menderita, tetapi Gembala berusaha memimpin mereka untuk tiba ditempat yang penuh makanan disaat makanan berkurang bahkan tidak tersedia di tempat yang biasanya mereka dapat nikmati.

Mengapa seorang gembala di Palestina harus membawa dombanya melewati Lembah Kekelaman?

Setidaknya sekali setahun Gembala akan membawa kawanan domba mereka dalam suatu perjalanan ke pegunungan. Selama musim semi, bukit akan berlimpah dengan es sementara puncak gunung masih tertutup salju. Awal musim panas adalah waktu untuk mencari tempat makan baru bagi domba-domba di atas bukit sementara di daerah lembah penuh dengan air yang dapat menjadi perangkap bagi domba. Perjalanan ke atas mungkin tidak mudah, tapi itu penting untuk kelangsungan hidup domba.[1] De Wette mengutip dari perjalanan kedua Morier ke Persia, “Di sekitar Ispahan ada lembah yang luar biasa, tandus, suram dan kekurangan air, yang disebut lembah malaikat maut.” Pemazmur mengacu pada rawa-rawa yang dalam atau jurang yang liar dan suram, dalam perjalanan menuju pegunungan Palestina, sisi-sisinya yang berbatu dipenuhi dengan gua-gua tempat tinggal binatang buas. Sering kali perlu bagi gembala untuk memimpin kawanannya melalui sungai-sungai ini dan melintasi jurang-jurang ini, untuk mendapatkan makanan bagi domba. Namun itu selalu berbahaya bagi domba bahkan bagi penggembala itu sendiri. Bahaya kematian sering dialami dalam kehidupan si Gembala.[2]

Dalam bahasa Ibrani Lembah Kekelaman disebut, צַלְמָוֶת (ṣǎl·mā·wěṯ)n.masc.; yang arti kata itu adalah:

  • Bayangan gelap, kegelapan, kondisi kegelapan yang berhubungan dengan kesuraman, bahaya, bencana dan firasat (Ayub 3:5);
  • Cincin di sekitar mata, kondisi lingkaran atau bayangan di sekitar mata, menunjukkan kondisi yang tidak sehat (Ayub 16:16);
  • Masa-masa sulit dalam hidup, masalah dan kesusahan hidup (Ayub 2:10)
  • Tempat kematian, secara resmi, gerbang bayangan, tempat di bawah bumi di mana orang mati tinggal (Ayub 10:21; Ayub 38:17)[3]

Ada 3 pelajaran penting yang dapat di ambil dari Mazmur 23:4;

  1. Belajarlah untuk menerima kenyataan akan adanya “Lembah Kekelaman” dalam hidup ini.
  2. Jangan fokus pada lembah kekelaman, tetapi fokuslah pada Gembala.
  3. Lembah Kekelaman akan mengingatkan Anda akan kasih Allah yang tidak pernah berkesudahan

Belajarlah untuk menerima kenyataan akan adanya “Lembah Kekelaman”

Di dalam hidup ini akan ada pengalaman Lembah Kekelaman dalam kehidupan setiap orang. Hari ketika matahari tidak bersinar terang, ketika hal-hal yang tampak suram dan sedih datang menimpa kita. Kerinduan Anda ingin mencapai puncak kemenangan dan kebahagiaan hal itu tidak menjadi kenyataan. Anda dinyatakan tidak lulus ujian, teman baik Anda berbalik dan menghianati Anda. Bos Anda memberitahu Anda bahwa Anda dipecat. Tak seorang pun tampaknya peduli dengan Anda.

Umat Allah seharusnya tidak terkejut dengan hal ini. Dalam 2 Timotius 3:1 Rasul Paulus berkata, Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Hal ini membuka pikiran kita bahwa sebagai anak-anak Allah yang hidup di zaman menjelang kedatangan Yesus kita akan menghadapi masa yang sulit. Bahkan Yesus pernah berkata dalam Yohanes 16:33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Kekuatan kita dalam situasi sulit hanya ada di dalam Yesus. Selama kita tinggal di dunia berdosa kita harus menerima kenyataan penderitaan dan kesusahan sangat dekat dengan kehidupan kita.

Jangan terlalu mengasihani diri dengan mengatakan “Mengapa Saya harus merasakan begitu banyak penderitaan, semua orang bahagia tetapi saya harus melewati kehidupan yang sulit?” Hidup tidak selalu bisa mulus, selalu merasa bahagia berada di puncak gunung keberhasilan dan kesenangan. Jangan menyalahkan ALLAH. Dia tidak bersalah. Kita harus tetap kuat dan berjalan menghadapi semuanya.

Fokus pada Gembala dan jangan fokus kepada Lembah kekelaman

Apakah yang Anda akan lihat dari Lembah Kekelaman? Hanya ada hal-hal yang menakutkan, mengecewakan, menyakitkan, tidak ada pengharapan, penderitaan, kesedihan, kesedihan dan semua hal-hal negatif. Itu sebabnya jangan fokus pada hal itu. Fokuslah pada Sang Gembala yang ada berjalan dengan kita. Daud berkata, Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, dalam bahasa aslinya Sekalipun aku berjalan melalui lembah kekelaman. Kita tidak tinggal selamanya dalam Lembah Kekelaman melainkan kita hanya melalui Lembah itu untuk sementara waktu. Lembah Kekelaman bukan tujuan akhir, namun hanyalah jalan yang kita lewati sebelum tiba di tempat yang penuh makanan melimpah. Daud juga berkata, “aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” Maksud dari kalimat ini adalah Daud tidak takut melewati lembah kekelaman karena ia tahu Allah Sang Gembala kehidupannya berjalan di depan, di samping di belakang dan bahkan matanya selalu mengawasi dia ketika melewati lembah kekelaman.

Dalam hidup ini kita diizinkan melewati masa-masa sulit dan pergumulan bukan karena Allah dengan sengaja ingin membuat kita susah. Tapi melewati Lembah Kekelaman melatih ketergantungan kita kepada-Nya. Rasul Paulus berkata dalam 2 Korintus 4:17-18, Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Hal yang terbaik saat Anda melewati Lembah Kekelaman adalah berdoa, “Tuhan, Hamba tidak takut, karena Engkau selalu bersamaku, Aku akan melewati semua perjalanan sulit dengan aman karena Engkau berada di hatiku. Aku bisa merasa tenang karena Engkau mampu melindungi ku, dengan Tongkat dan Gada di tanganmu aku akan tiba dengan selamat di tujuan.”

Lembah kekelaman akan mengingatkan kita kepada kasih Allah

Gada dan Tongkat adalah dua alat yang selalu dibawa Daud ketika ia membawa domba-dombanya melewati Lembah Kekelaman. Tongkat ini berbentuk melengkung di bagian pangkalnya seperti gagang payung, agar dapat mengait badan atau leher domba yang jatuh terperosok di lubang atau di jurang atau untuk menghitung jumlah dari dombanya. Tongkat berfungsi untuk menepuk-nepuk tubuh domba ketika domba mulai berjalan melenceng arah atau menjauhi kawanannya. Pada ayat ini, Tongkat berfungsi untuk menghibur bukan untuk menghukum. Tongkat adalah jaminan yang Allah berikan kepada anak-Nya melalui Roh-Nya, bahwa Dia menganggapnya sebagai milik-Nya. Sedangkan Gada terbuat dari akar pohon dengan panjang tidak lebih dari 40-50 cm. Ini adalah senjata ampuh untuk melawan hewan-hewan buas yang hendak memangsa domba-dombanya. Gada adalah lambang dukungan bagi yang lemah. Dua alat ini tidak pernah terlupakan Daud saat menggembalakan domba. Tongkat hanya digunakan untuk domba, sedangkan Gada digunakannya untuk melawan Singa, Beruang, Serigala, dan para perompak yang hendak merebut dombanya.[4] Daud disebut membawa alat-alat itu saat ia melawan Goliat, lambang dari kekuatan Iblis (1 Samuel 17:40). Keduanya adalah merupakan penopang untuk mendukung anak Tuhan, dan pertahanan melawan Iblis dan kuasa kegelapan.

Allah kita adalah Gembala yang selalu hadir saat kita berada dalam lembah kekelaman. Ia tidak mengamati saja dari tempat kejauhan. Dia secara aktif terlibat aktif dalam setiap perjalanan hidup kita, dengan tongkat dan gadanya ia selalu menjaga dan buka sekedar pengamat. Dia selalu ada dengan kita di setiap aspek kehidupan kita. Jadi, ketika Anda berjalan dalam Lembah kekelaman Ingatlah Tuhan ada denganmu, bahkan menggendongmu melewati semua kesulitan dan pergumulanmu.

Yesaya 41:10 berkata, janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. Ibrani 13:5a berkata, Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Dua janji ini sanga menguatkan kita melewati Lembah Bayang-Bayang Maut yang selalu mengintai kita.

Kesimpulan

  • Lembah kekelaman adalah hal yang akan dihadapi setiap umat Tuhan di dunia ini, jangan bersungut dan terlalu mengasihani diri. Hadapilah semua itu dengan keberanian.
  • Jangan fokus kepada lembah kekelaman, fokuslah kepada Gembala yang akan menolong kita melewati semua pergumulan hidup.
  • Yesus tidak pernah meninggalkan mu. Engkau memang tidak melihat-Nya, namun IA selalu hadir dan mengerti semua kesusahanm

[1] Boice, J. M. (2005). Psalms 1–41: An Expositional Commentary (pp. 210–211). Grand Rapids, MI: Baker Books.

[2] A Handbook on the Book of Psalms hal. 179:

[3] Dictionary of Biblical Languages with Semantic Domains : Hebrew (Old Testament) : Logos Research Systems, Inc. & Faithlife Study Bible (Ps 23:4). Bellingham, WA: Lexham Press

[4] Fausset, A. R. (n.d.). A Commentary, Critical, Experimental, and Practical, on the Old and New Testaments: Job–Isaiah (Vol. III, p. 153). London; Glasgow: William Collins, Sons, & Company, Limited.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *