LEMAH LEMBUT

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Buah Roh Kudus

Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatanMu, dan kebaikanMu telah membuat aku besar. 2 Samuel 22:36

Engkau haruslah menggambarkan Kristus dalam keIemah lembutan dan kasihNya.

Kelemahlembutan sejati adalah sebutir permata yang mahal harganya dalam pandangan Allah.

Kita memerlukan roh yang lemah lembut. Kita tak dapat hidup rukun dalam lingkaran keluarga tanpa roh itu. Untuk mengendalikan anak-anak kita dengan tepat, kita harus menyatakan roh yang lemah lembut dan panjang sabar. Kita tidak perlu mencari-cari kesalahan, cerewet disertai roh yang suka mencela. Jikalau kita mengajar mereka supaya lemah lembut, maka kita sendiri harus lemah lembut . . .jika kita menghendaki mereka menyatakan roh mengasihi terhadap kita, maka kita harus menyatakan roh cinta kasih yang lemah lembut kepada mereka. Tetapi pada waktu yang sama tak perlu ada kelemahan atau pemanjaan diri yang tidak bijaksana bagi orang-orang  tua. Ibu harus tekun dan tetap hati-hati. Ia harus seteguh batu karang dan tidak menyimpang dari kewajiban. Hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang dibuatnya haruslah dilaksanakan setiap saat dan dengan segala risikonya, tetapi ia dapat melakukan hal ini dengan segala kelemahlembutan dan ramah-tamah. . . Anak-anak akan bertumbuh menjadi pria dan wanita yang takut akan Allah.

Tidak ada anggota keluarga dapat menutup dirinya di dalam dirinya sendiri, di mana anggota-anggota keluarga lainnya tidak merasakan pengaruh dan budi bahasanya. Ungkapan wajah sendiri mengandung pengaruh untuk yang baik atau yang jahat. Semangatnya, perkataannya, tindak tanduknya, sikapnya terhadap orang lain tidak dapat disalahkan. . . . Jika ia dipenuhi dengan kasih Kristus, ia akan menunjukkan sopan-santun, ramah-tamah, lemah lembut kepada orang Iain, dan akan bergaul dengan teman-temannya oleh bertindak lemah lembut, berterima kasih, rasa berbahagia. Akan nyatalah bahwa ia hidup untuk Yesus. . . . ia akan sanggup berkata kepada Tuhan, “KebaikanMu telah membuat aku besar.

Hidupku Kini, hal. 55

 


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *