ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI-BAG 2

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Dalam perumpamaan ini Yesus menghadirkan seorang asing, seorang sesama manusia, seorang saudara yang menderita, terluka, dan sekarat. Tetapi meskipun para ahli Taurat dan para imam telah membaca hukum Taurat, mereka tidak mempraktikkannya dalam hidup sehari-hari.

Tetapi Yesus menyampaikan pemandangan lain: “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.”

Setelah Kristus memperlihatkan kekejaman dan keegoisan yang diperlihatkan para perwakilan bangsa, ia mengedepankan orang Samaria, yang dibenci, dianggap rendah, dan dikutuk oleh orang-orang Yahudi, dan menempatkan di hadapan mereka sebagai seorang yang memiliki sifat yang jauh lebih unggul daripada mereka yang mengaku meninggikan kebenaran.

Orang Samaria itu menyadari bahwa ada seorang manusia di hadapannya yang memerlukan bantuan dan menderita, dan begitu ia melihatnya, ia berbe- laskasihan terhadapnya.  Orang Samaria itu mengikuti kata hati yang baik

dan mengasihi. Kristus membuat situasinya sedemikian rupa sehingga teguran yang paling keras ditujukan kepada tindakan imam dan orang Lewi yang tak berperasaan itu. Tetapi pelajaran ini bukan hanya untuk mereka, namun bagi orang-orang Kristen zaman sekarang, dan merupakan satu peringatan serius bagi kita bahwa demi kemanusiaan kita tidak boleh gagal menunjukkan kemurahan dan belas kasih kepada mereka yang menderita.

Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, Yesus menghadirkan kasih dan tabiatNya sendiri. Kehidupan Kristus dipenuhi dengan pekerjaan kasih kepada yang tersesat dan berdosa. Pada diri orang yang dipukuli dan dilukai serta dirampok, dilambangkan orang yang berdosa. Keluarga manusia, bangsa yang tersesat, digambarkan dalam diri penderita itu, yang dibiarkan telanjang, berdarah, dan melarat. Yesus mengambil jubah kebenaranNya sendiri untuk menutupi jiwa itu, dan siapa pun yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, tetapi memiliki kehidupan yang kekal.

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Lukas 10:34.

-Suara Hati Nurani, Hlm. 127-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *