Marta dan Maria

SEKUAT APA MANUSIA UNTUK MENURUTI PERJANJIANNYA DENGAN ALLAH? (2)

Belajar Firman Pendalaman Alkitab
Mari bagikan artikel ini

(untuk mengikuti pelajaran ini, kami sarankan terlebih dahulu mempelajari pelajaran dengan judul yang sama di artikel/pelajaran sebelum ini SEKUAT APA MANUSIA UNTUK MENURUTI PERJANJIAN DENGAN ALLAH (1))
  1. Maria Mendengarkan Yesus

“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’ (Lukas 10:38-42)

Apabila mau sungguh-sungguh memperhatikan dan merenungkan dengan dalam apa yang tertulis di atas, maka kita akan membuat suatu langkah besar, yaitu bekerja sama erat dengan Yesus dalam menyelesaikan misi penebusan-Nya. Tetapi pada umumnya kebanyakan dari kita adalah seperti Marta. Hal ini sering terjadi tanpa kita sadari.

Seorang Pendeta bernama Morris Venden berkata bahwa Marta adalah seorang yang beragama. Marta sangat sibuk, tetapi Marta kurang duduk di kaki Tuhan untuk mendengarkan apa yang dikatakan Yesus. Bukankah itu pula yang terjadi dengan kebanyakan orang Kristen? Kita sangat sibuk bekerja untuk Tuhan, tetapi kita tidak mendengarkan apa yang dikatakan Yesus kepada kita.

Maria adalah seorang yang rohani. Agama dan kehidupannya merupakan kesatuan. Maria tidak pergi ke gereja, oleh karena Maria dipecat dari gerejanya, sebab Maria telah melakukan dosa (perzinahan, seperti pada pelajaran sebelumnya). Maria sudah tidak dianggap sebagai orang yang benar oleh para anggota jemaat gerejanya. Maria mengembara, tetapi jiwanya yang haus untuk dikasihani dan diselamatkan berteriak terus kepada Tuhan. Dan Tuhan mendengar seruan hati yang terdalam dari Maria. Yesus merupakan Penolongnya yang ia kenal secara pribadi. Begitu besar pengampunan yang telah diberikan Yesus kepadanya, sehingga tidak ada lagi sesuatu yang dapat memisahkan dirinya dari Yesus. Maria mengasihi Yesus karena Yesus terlebih dahulu mengampuni dan mengasihinya. Maria duduk dekat di kaki Yesus untuk mendengarkan apa yang dikatakanNya. Perkataan Yesus adalah yang terpenting dan terutama di dalam hidupnya.

Tidak ada musuh yang dapat lakukan dalam kehidupan kita dengan lebih baik dari pada menjadikan kita begitu sibuk, bahkan dengan “kegiatan agama”, sehingga kita tidak ada waktu untuk memperhatikan jiwa kita yang kekurangan akan Firman Allah. Betapa sibuknya kita dengan rapat-rapat gereja, rapat-rapat komite, kegiatan-kegiatan sosial, latihan-latihan koor, proyek-proyek pengadaan dana, acara-acara pembangunan gereja, bahkan sampai kepada jangkauan pelayanan. Itu semua tidak ada yang salah. Namun selama kita begitu sibuk dalam “kegiatan agama” itu dan tidak ada waktu untuk mempelajari Firman Allah, maka setan pun tenang-tenang saja dan tidak perduli pada kita.

Tidak ada yang salah dalam “kegiatan agama” itu, semuanya perlu dan penting, tetapi semua kegiatan tersebut adalah pengganti yang tidak pada tempatnya terhadap usaha untuk mempelajari Firman Allah.

  1. Maria Memberikan Miliknya Yang Termahal

Kita akan memperhatikan satu pelajaran lagi dalam kehidupan Maria agar supaya kita boleh melihat pekerjaan besar dan ajaib yang dapat dikerjakan Yesus bagi seseorang yang percaya kepada-Nya.

Dalam Lukas 7:37-50 diceritakan: “Di kota itu (Kapernaum) ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: ‘Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.’  Lalu Yesus berkata kepadanya: ‘Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.’ Sahut Simon: ‘Katakanlah, Guru.’  ‘Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?’  Jawab Simon: ‘Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Betul pendapatmu itu.’  Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: ‘Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.’  Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: ‘Dosamu telah diampuni.’  Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: ‘Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?’ Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: ‘Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’”

Perempuan yang berdosa itu adalah Maria. Maria telah membeli sebuah buli-buli pualam yang berisi minyak wangi yang sangat mahal harganya, yang mungkin hanya para bangsawan atau raja yang bisa membelinya. Buli-buli itu merupakan harta kekayaan Maria. Dan buli-buli itulah yang dibawanya ke rumah Simon (bukan Simon Petrus, tetapi orang Farisi) pada waktu ia mendengar bahwa Yesus berada di situ. Apa yang dimiliki Maria itu, diserahkannya semua kepada Yesus. Buli-buli itu adalah harta kesayangannya, tetapi tidak ada yang lebih disayanginya lebih dari pada Tuhannya itu.

Pada waktu Maria dijerumuskan ke dalam dosa, hatinya terluka, mengalami kekecewaan dan kepahitan yang sangat dalam. Tetapi hatinya yang terluka itu telah dipulihkan kembali oleh Yesus. Semua kekecewaan dan kepahitannya telah lenyap. Maria ingin membalas kasih Tuhannya itu dengan harta miliknya yang termahal pada saat itu. Maria menangis dan air matanya jatuh berderai membasahi kaki Yesus. Dibersihkannya kaki Yesus itu dengan rambutnya yang panjang dan minyak wanginya yang mahal itu dicurahkannya semua pada kaki Yesus. Dengan segera bau yang sangat harum minyak wangi itu menyebar kemana-mana.  Tidak ada yang ditahankan oleh Maria kepada Tuhannya!  Maria sangat berterima kasih dan bersyukur kepada Yesus atas kasih-Nya dan pengampunan-Nya itu!

Akankah kita sampai pada pengalaman seperti Maria?  Pengalaman semacam itu tidak dapat kita buat-buat. Pengalaman seperti itu adalah hasil dari pada kasih yang sudah bersumber dari hati. Pengalaman seperti itu tidak akan pernah datang dari kita yang sekedar “beragama” —- yaitu sekedar datang bergereja!  Kita masing-masing harus mengalami sesuatu yang nyata dengan Yesus, sepanjang kehidupan kita dalam tingkatan-tingkatan yang lebih lama lebih mengikat. Kita harus mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus setiap hari. Kita tidak tahu pengalaman apa yang harus kita lalui setiap hari. Mungkin kita diharuskan meminum air yang pahit, seperti halnya Maria. Tetapi apa pun yang harus kita lalui, satu hal yang pasti adalah diri kita harus direndahkan terlebih dahulu sebelum Yesus ditinggikan dalam kehidupan pribadi kita!

Kita tidak memuji dan mengagumi Maria sebab ia tidak membuat dirinya sebagaimana ia telah menjadi seorang yang telah dimenangkan. Yang patut kita puji dan kita kagumi adalah YESUS sebab Dialah Sang Pencipta yang mengembalikan manusia pada peta-Nya. Dialah Pemberi kasih itu dan yang menganugerahi kita dengan hal-hal yang baik di dalam kebenaranNya!

Berikutnya kita pelajari tentang Simon, orang Farisi. Simonlah yang telah menjerumuskan Maria ke dalam lembah yang hitam.  Dan betapa seringkali kita bersikap seperti dia. Simon dan Maria sama-sama orang berdosa. Bedanya, Simon dapat ‘menyelamatkan’ dirinya dan menyembunyikan kejahatannya dari orang banyak, tetapi Maria tidak. Pada waktu Simon ditanya oleh Tuhan siapakah yang berterima kasih paling banyak dari orang yang berhutang  500 dinar atau 50 dinar itu, Simon mengetahui jawabannya. Tetapi permasalahannya adalah Simon tidak merasa berhutang budi kepada Tuhan sebanyak Maria, ia tidak menyediakan air untuk mencuci kaki Yesus, tidak menyambut Yesus dengan ciuman, dan tidak meminyaki kepala Yesus.

Kita juga seperti itu. Karena kita masih mengira bahwa diri kita ‘baik’ dan kita masih berhasil menyembunyikan kejahatan kita dari orang lain, kita belum terlalu berterima kasih kepada Tuhan!  Kita masih belum merasa dan sadar bahwa kita sudah diampuni begitu banyak sehingga kita pun belum mengasihi Tuhan dengan mendalam. Apabila ada seorang yang mengasihi Tuhan, kita menjadi iri hati seperti Simon dan berkata bahwa orang itu adalah seorang berdosa dan tidak pantas mengasihi Tuhan! Betapa sering hati kita bersikap seperti Simon!

Maria adalah merupakan hasil karya anugerah Tuhan melalui pertobatan yang sejati. Kasihnya bagi Tuhan begitu sempurna, sampai-sampai tidak terpikirkan lagi olehnya bahwa dia mungkin akan dihina saat menginjak rumah Simon. Perkara-perkara dunia ini, termasuk segala kemuliaan dan kehinaannya, sudah terhisap masuk ke dalam kasih Kristus!  Yang terpenting bagi Maria saat itu adalah ia berjumpa dengan Yesus dan menerima berkat anugerah-Nya bagi dosa-dosanya. Pendamaian dengan Allah adalah segala-galanya bagi Maria. Itulah yang dirindukan oleh Maria!

Maria begitu mengasihi Yesus sehingga ia adalah orang pertama yang diijinkan untuk melihat Yesus setelah bangkit dari kubur-Nya pada hari Minggu pagi ketika hari masih gelap (Matius 28:1-10). Yang selalu duduk dekat di kaki Yesus dan mendengarkan Ia berkata-kata, telah menjadi orang yang pertama untuk mendengar Yesus berkata-kata lagi: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yohanes 20:17).

Maria telah diterima oleh Yesus dan barang siapa yang diterima Yesus akan diterima oleh Bapa yang di sorga. Bapa-Ku adalah Bapamu, Allah-Ku adalah Allahmu. Sungguh suatu persekutuan yang begitu akrab antara seorang yang berdosa dengan Juruselamat Penebus manusia!  Memang itulah yang didoakan oleh Yesus agar terjalin persatuan di antara umat-Nya dengan Dia, sehingga kerajaan setan dapat dipatahkan seperti halnya di dalam kehidupan Maria!

Bersambung . . .

Editor : Setyo Kusuma A.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *