Titik Tidak Dapat Kembali

Titik Ketika Semua Sudah Terlambat

Bank Pustaka
Mari bagikan artikel ini

BK-PNR -- Titik Ketika Semua Sudah TerlambatOleh Joe Crews

Pendahuluan

Kata-kata paling penting yang pernah dikeluarkan oleh Yesus berhubungan dengan kemungkinan mengerikan dari melakukan dosa yang tidak akan diampuni. Ia berkata, “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.” Matius 12:31

Tidak ada yang bisa menyalah artikan pesan jelas dari ayat ini. Ada dosa  yang benar-benar membawa kepada kematian kekal. Pria atau wanita dapat melanggar garis batas yang memisahkan kasih karunia Tuhan dan murkaNya dan tidak bisa kembali lagi. Kata-kata menakutkan dari Tuhan kita berdiri kontras dengan perkataanNya yang biasanya penuh kebaikan. Untuk alasan inilah, kata-kata itu harus diteliti dengan sangat seksama.

Apakah dosa yang dipandang Surga dengan jijik dan benci itu? Mengapa Tuhan sangat keras terhadap mereka yang bersalah melakukan dosa ini? Di pikiran manusia, sejumlah tindakan yang jahat dan kejam pastilah masuk dalam kategori itu; tapi dosa manakah yang dianggap Tuhan begitu keji dan mengerikan sehingga tidak dapat lagi diampuni?

Terkadang, kita bertemu dengan seseorang yang bertanya-tanya apakah ia telah melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ini. Doanya seperti memantul ke langit-langit, dan ia merasa tidak memiliki pengharapan bahwa Tuhan akan berkenan kepadanya dan mengampuninya. Namun demikian ia tidak bisa mengidentifikasi dosa mana yang memisahkannya dari harapan akan keselamatan. Bagaimana ia bisa tahu jika ia telah benar-benar melakukan dosa yang tidak dapat diampuni? Dapatkah seseorang benar-benar tahu?

Sebelum menjawab semua pertanyaan sukar yang ditanyakan orang sehubungan dengan dosa yang tidak akan diampuni, kebenaran mulia harus terlebih dahulu diketahui. Kita menyembah Tuhan yang memiliki kasih yang tidak terbatas dan juga penuh belas kasihan. Bukanlah kehendakNya ada satu orang pun yang hilang. Ia telah menentukan syarat dalam FirmanNya untuk setiap jiwa agar mereka dapat dibersihkan dan disucikan. Janji menakjubkan di 1 Yohanes 1:9 berlaku untuk semua pria, wanita atau anak-anak sekarang ini: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Jika seseorang mengaku dosanya dengan sungguh-sungguh, Tuhan berjanji akan mengampuni dosanya, apapun itu. “Marilah, baiklah kita berperkara!—firman TUHAN—Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Yesaya 1:28.

Betapa indahnya jaminan ini untuk manusia yang telah melanggar hukum Tuhan yang membuat mereka terjun jatuh. Tuhan masih mengasihi mereka! Tidak ada kesalahan yang cukup besar bagiNya untuk dibersihkan. Ia menunggu dengan tangan yang terbuka lebar untuk menerima semua yang mau mengambil langkah awal kepada pengampunan dan kemurahanNya.

Gambaran Tuhan yang seperti ini tampaknya ganjil jika dibandingkan dengan kata-kata Yesus di Matius 12:31, 32. Jika Bapa sangat ingin untuk mengampuni dan menyelamatkan, mengapa dosa yang tidak akan diampuni dapat ada? Jawabannya mudah. Dosa itu tidak bisa diampuni karena itu tidak pernah diakui. Dosa itu tidak pernah disesali. Tuhan tidak akan memaksakan pengampunanNya kepada para pendosa. Mereka harus bertobat dan mengaku dosanya untuk itu. Bahkan janji indah yang terdapat dalam 1 Yohanes 1:9 mengandung kata singkat yang penting: “Jika”—“ Jika kita mengaku dosa kita…” Atas otoritas Firman Tuhan, kita mendapat kepastian bahwa setiap dosa akan diampuni jika itu diakui dalam iman dan pertobatan.

Pendapat yang berbeda telah diberikan sehubungan persoalan mengapa satu dosa ini tidak pernah diakui. Beberapa percaya bahwa itu adalah bunuh diri; yang lain percaya bahwa itu adalah perbuatan jahat yang mengerikan atau juga menghujat Roh Kudus.

Satu hal yang pasti- itu adalah dosa! Itu adalah titik permulaan yang baik, karena Alkitab memberikan arti sederhana dari kata “dosa” yang singkat dan buruk itu. “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” 1 Yohanes 3:4. Paulus memperluas pernyataan itu ketika ia mengatakan bahwa dosa adalah pelanggaran salah satu hukum dari Sepuluh Hukum. “Oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!”” Roma 7:7.

Dosa yang tidak bisa diampuni bukan saja berkaitan dengan melanggar Sepuluh Hukum Tuhan, namun dosa itu juga mendukakan Roh Kudus. Sifat dari serangan itu berkaitan erat dengan tugas utama dari Roh. Yesus berkata,”tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Yohanes 14:26.

Selain mengajarkan segala sesuatu, Yesus mengisyaratkan bahwa Roh juga akan “memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” Yohanes 16:13. Setiap pelajar yang mempelajari Firman mungkin telah mengalami pengajaran, dan pimpinan dari Roh Kudus. Tidak ada pengertian sejati terhadap kebenaran Alkitab tanpa penerangan dari Roh Kudus.

Misi ketiga Roh Kudus adalah menyadarkan manusia akan dosa. Yesus berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;” Yohanes 16:7,8.

Tugas khusus dari Roh adalah untuk menginsafkan atau menyadarkan kita akan dosa. Ketika pelanggaran dilakukan, hati nurani kita tertusuk oleh rasa bersalah. Harap diingat bahwa selama kita membiarkan Roh Kudus mengajar, memimpin, dan menginsafkan, kita tidak akan pernah bersalah melakukan dosa yang tidak akan diampuni. Namun apa yang terjadi jika kita menolak untuk menerima tiga tugas dari Roh dalam pengalaman pribadi kita dengan Tuhan? Itulah saat ketika manusia mendekati parameter mematikan dari dosa terburuk.

Menarik jika kita mempelajari peristiwa nyata tentang dosa ini di dalam catatan Alkitab. Pada satu waktu, hampir semua orang di bumi telah melewati batas ketika segalanya sudah terlampau jauh. “Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”” Kejadian 6:3.

Di sini Tuhan berbicara tentang dunia zaman dahulu yang dimusnahkan oleh air bah. Selama ratusan tahun, Roh Kudus memohon agar generasi jahat itu bertobat melalui pekabaran yang dibawakan oleh Nuh. Meskipun segala kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata, namun ada delapan orang yang merespon kepada Roh dan masuk ke dalam bahtera. Sementara semua orang yang lain disapu oleh air bah yang menutupi setiap inchi permukaan bumi. Setelah berjuang dengan sabar selama bertahun-tahun, Roh akhirnya undur dan meninggalkan penolakNya yang keras kepala dalam nasib yang mereka pilih sendiri.

Dapatkah hal yang sama terulang kembali? Ada persamaan yang menakjubkan antara zaman Nuh dan zaman sekarang. Yesus berkata, “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari Anak Manusia.” Lukas 17:26. Hal-hal keterlaluan yang sama sedang dilakukan juga saat ini di kota-kota besar di bumi. Penyimpangan-penyimpangan yang terburuk masih menandai jalan kedagingan yang dilakukan oleh setiap bangsa di dunia ini.

Mengapa hampir semua orang di zaman Nuh menolak untuk masuk ke dalam bahtera keselamatan? Banyak di antara mereka yang sebenarnya menolong Nuh dalam membangun bahtera besar itu. Roh Kudus menggerakkan mereka untuk meyakini, tetapi mereka tidak mau mengambil tindakan untuk menaati pesan itu. Akhirnya Tuhan pun berfirman: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia”.

Apakah banjir besar itu akan terjadi lagi? Tentunya demikian. Akan tetapi itu akan menjadi banjir api, yang menghancurkan planet ini dan isinya. Bagaimana dunia akan merespon panggilan Tuhan untuk masuk ke dalam bahtera perlindungan dan keamanan? Roh yang sama kembali memohon hari ini; pesan yang sama tentang pemisahan dan kebangunan sedang dikumandangkan; dan Roh Tuhan diperlakukan persis seperti pada zaman Nuh.

 

Menista Roh Kudus

Dalam Alkitab saya menemukan ada tiga hal yang dapat dilakukan manusia kepada Roh Kudus. Yang pertama terdapat dalam Efesus 4:30 “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memateraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Perhatikan bahwa seseorang dapat mendukakan Roh Kudus, dan Alkitab mengatakan bahwa hal itu akan terjadi di hari-hari terakhir.

Apa lagi yang akan mereka lakukan kepada wakil Tuhan ini? Dalam Ibrani 10:29 kita diberitahu bahwa orang akan menghina Roh Kudus. “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?” Pikirkan itu! Mereka akan menghina Roh Kudus. Mari kita lihat yang terakhir yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 7:51, “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.” Jadi kini kita memiliki tiga hal yang dapat dilakukan manusia untuk menista Roh Kudus: mereka mendukakan, mereka menghina dan mereka menentang Dia sama seperti yang mereka lakukan di zaman Nuh.

Apa pengaruh dari semua pemberontakan melawan Roh ini kepada orang yang melakukannya? Hampir tidak terasa, suara hati menjadi lenyap dan hati pun menjadi keras. Kenyataannya, inilah alasan mengapa dosa itu dianggap sebagai dosa yang mengerikan. Terkadang orang berkata, “Saya tidak mengerti mengapa Tuhan harus menganggap ini sebagai hal terburuk yang dapat dilakukan.” Akan saya beritahu alasannya: karena Roh Kudus adalah satu-satunya jalan dimana Tuhan dapat menjangkau seseorang. Tidak ada jalan lain bagi Tuhan untuk menyelamatkan seseorang kecuali melalui Roh Kudus. Itulah cara bagaimana kita dipimpin kepada pertobatan. Jika kita tidak memiliki Roh Kudus, maka tidak ada harapan bagi kita.

Ini seperti seorang pria yang sedang tenggelam sendirian di tengah laut, kemudian seseorang melemparkan pelampung keselamatan kepadanya. Jika pria itu mau mengambil pelampung itu, maka ia dapat selamat. Namun jika ia menolak mengambil satu-satunya cara untuk dapat ke daratan, maka ia akan meninggal tanpa pengharapan. Dengan cara yang sama, kita berada di dunia ini, dan satu-satunya cara Tuhan dapat menjangkau kita adalah melalui Roh Kudus. Jika kita berpaling dari Roh dan menolak untuk mendengarkan dan taat, Tuhan akan terpaksa melepaskan kita untuk hilang. Inilah mengapa Daud begitu mengkhawatirkan hal ini dalam kesedihannya yang mendalam yang tertuang dalam doanya di Mazmur 51 “Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku”. Ia menyadari bahwa jika Tuhan mengambil Roh KudusNya, maka Daud akan hilang. Ia akan ditinggalkan sendirian tanpa jalan untuk diselamatkan. Dan itulah mengapa Yesus mengatakan bahwa itu adalah dosa yang tidak akan diampuni. Ketika Anda memutuskan untuk pergi dan menolak mendengarkan Roh Kudus, maka tidak ada harapan lagi bagi Anda.

Tiga Cara untuk Menghina Roh Kudus

Saya telah menandai tiga cara bagaimana seseorang dapat melakukan dosa ini. Cara pertama adalah dengan seseorang berkata, “Saya tidak mau diselamatkan; saya tidak mau terganggu dengan Tuhan dan Alkitab.” Setidaknya sekali dalam hidup, Anda akan menemukan orang seperti ini. Saya senang memberitahu Anda bahwa ini sangat jarang terjadi. Kebanyakan orang benar-benar ingin diselamatkan, namun dulu dan sekarang Anda akan menemukan beberapa orang yang memang tidak tertarik. Mereka telah merasa sangat puas dengan dunia kedagingan yang materialistis ini. Perhatikan Amsal 28:13 “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” Mereka yang tidak mau meninggalkan dosa mereka akhirnya akan meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka bahagia tanpa Kristus. Akhirnya mereka tidak akan merasa ditegur lagi dan Roh Kudus akan meninggalkan mereka.

Kelompok yang kedua yang mudah diserang oleh dosa ini mencapai tingkat penolakan dengan jalan yang berbeda. Mereka benar-benar ingin diselamatkan dan akan mengatakan kepada siapa saja bahwa prioritas masa depan mereka yang utama adalah menjadi dekat dengan Tuhan. Sayangnya, kelompok ini terus menunggu waktu yang tepat untuk melangkah ke jalan penyerahan penuh. Dengan semua niat baik, mereka mengizinkan momen emas pergi begitu saja hingga kemauan mereka menjadi lumpuh karena keragu-raguan itu. Orang-orang ini masih akan terus berbicara tentang mengikut Kristus, akan tetapi kesanggupan mereka untuk bertindak telah dihancurkan oleh sikap menunda-nunda. Akhirnya mereka menggantung terlalu lama dan segalanya pun sudah terlambat.

Tanpa ragu, kelompok terbesar yang melakukan dosa yang tidak bisa diampuni adalah kelompok ketiga. Yang aneh, kelompok ini tampak sebagai kelompok yang paling tidak mungkin melakukan dosa yang tidak akan diampuni. Mereka adalah anggota gereja—mungkin bahkan mereka memegang peranan penting di jemaat. Apakah ini mengejutkan Anda? Mengapa orang-orang Kristen ini berada dalam bahaya yang lebih besar untuk melakukan dosa yang tidak akan diampuni daripada dua kelompok lainnya? Jawabannya adalah karena mereka tidak mengerti bahwa kebenaran itu progresif. Jutaan orang Kristen telah duduk nyaman di bangku gereja mereka, merasa puas dengan diri sendiri karena telah diselamatkan. Mereka merasa benar-benar aman dalam persesuaian mereka dengan gereja, tidak menyadari bahwa baptisan hanyalah titik awal dari pertumbuhan yang panjang.

Kata sang Pemazmur: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”Mazmur 119:105. Semakin jauh kita melangkah dalam Alkitab, semakin banyak kebenaran diungkapkan, dan semakin kita bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Ia tidak pernah mengungkapkan semua kebenaran sekaligus kepada seseorang dalam satu waktu. Pelita itu hanya bersinar sejauh yang diperlukan untuk menerangi satu langkah yang aman. Ketika kita bergerak satu langkah, maka selangkah lagi akan diterangi. Ketika kita bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan, Tuhan mengharuskan kita untuk melangkah bersama terang kebenaran yang semakin besar.

Hati Nurani Dilumpuhkan oleh Ketidaktaatan

Sekarang seumpama saya telah melihat terang dari pelita Firman Tuhan, namun menolak untuk menurutinya. Dan Roh Kudus telah meyakinkan saya, dan saya sangat mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk saya lakukan, tapi hal itu tidak populer dan juga tidak nyaman. Apa yang terjadi jika saya mengabaikan terang itu dan menolak kebenaran yang diungkapkan oleh Roh—untuk alasan apapun? Roh akan terus berbicara, tentunya, dan selama beberapa waktu akan terjadi peperangan dalam hati nurani saya. Saya pun merasa buruk dan bersalah. Hari-hari berlalu, bahkan bulan berlalu, sementara saya terus melawan suara hati saya tentang apa yang benar. Perlahan-lahan, hati nurani saya mulai menyesuaikan diri dengan tindakan saya. Perlahan perasaan bersalah mulai menyingkir dan tindakan ketidaktaatan mulai tampak berkurang dan lebih berkurang salahnya.

Akhirnya kebenaran yang awalnya tampak begitu jelas dan tidak rumit berubah menjadi kacau dan tidak pasti. Rasionalisasi mulai muncul untuk membenarkan ketidaktaatan, dan kesadaran awal tentang dosa mulai menghilang. Hidup menjadi sama nyamannya seperti saat sebelum terang itu datang. Apa yang terjadi? Kita telah berdosa melawan Roh Kudus dan tenggelam dalam keadaan melakukan dosa yang tidak akan diampuni.

Jadi, dosa yang mematikan bukanlah tindakan tertentu yang dapat diasingkan dan diberi label. Itu bisa jadi dosa apapun yang terus dipelihara di hadapan terang dan pengetahuan. Itu sebenarnya adalah kondisi hilangnya kepekaan yang diakibatkan oleh ketidaktaatan terus menerus terhadap kebenaran yang sudah diketahui. Reaksinya serupa dengan ketika kita mengabaikan bunyi alarm jam. Hati nurani menjadi lebih dan lebih bertoleransi kepada bunyi pengingat pelanggaran hingga akhirnya, ia tidak menyadari lagi sengatan teguran yang tidak menyetujui. Sebagaimana jam yang terus berputar, demikian juga ia, karena tidak ada yang mendengarkan lagi.

Apakah Anda mulai melihat bahwa segala sesuatu sebenarnya tergantung pada apa tindakan kita terhadap kebenaran? Yakobus menulis,”Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4:17. Tidak jadi masalah apakah kita kaya atau miskin, Katolik, atau Yahudi atau Protestan; yang jadi persoalan besarnya adalah apakah kita mempraktikkan apa yang sudah kita ketahui atau tidak.

Yesus memperluas prinsip penting ini ketika Ia berkata, “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka.” Yohanes 15:22. Jika demikian, siapa, yang bertanggung jawab dan memiliki beban di hadapan Tuhan? Mereka yang sudah diterangi oleh Roh Kudus melalui Firman. Jiwa tulus yang setia melakukan semua yang mereka ketahui, entah itu banyak atau sedikit, akan diterima. Dosa hanya berlaku bagi mereka yang sudah mendengarkan kebenaran dan menolaknya.

Kristus berkata, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.” Yohanes 9:41. Seluruh persoalan tentang dosa yang tidak bisa diampuni berkisar seputar isu menaati apa yang sudah kita ketahui. Dalam kesempatan lain Yesus berkata, “Berjalanlah selagi ada terang itu padamu, supaya jangan kamu didahului oleh gelap.” Yohanes 12:35 TL.

Dari mana terang itu datang? Adalah Roh Kudus yang memimpin kita kepada seluruh kebenaran. Ketika kita menolak menaati kebenaran, kita menolak pelayanan Roh yang adalah satu-satunya Oknum yang dapat menghubungkan kita pada keselamatan. Secara literal kita mengusir satu Pribadi yang diutus Tuhan untuk menyelamatkan kita. Dapatkah kini Anda melihat bagaimana hal ini dapat menghancurkan diri sendiri? Utusan khusus dari Tuhan didukakan oleh penolakan kita yang terus menerus terhadap undangan kemurahanNya. Tuhan dulu sekali pernah berfirman,”Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia.” Pada akhirnya Ia akan berkata kepada Roh Kudus, “Biarkanlah mereka itu. Jika mereka berkeras mengikuti cara mereka sendiri, jangan ikuti mereka lagi.”

 

Agama Nenek Moyang Tidaklah Cukup

Mungkin penjelasan paling akurat sehubungan dosa yang tidak akan diampuni di Perjanjian Baru terdapat di Kisah Para Rasul 7:51: “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.” Bagaimana cara orang-orang ini melawan Roh Allah? Stefanus berkata mereka melakukannya dengan bersembunyi di balik agama nenek moyang mereka. Mereka hanya mengikuti jejak keagamaan yang sama dengan yang dilalui oleh leluhur mereka. Apakah ada yang salah dengan itu? Dalam kasus ini, ada kesalahan, karena ayat di atas dilanjutkan dengan ayat ke-53 yang mendeskripsikan mereka sebagai berikut: “Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.”

Apakah Anda dapat menangkap gambaran besarnya? Tanpa memandang apa yang dipahami oleh nenek moyang mereka, orang-orang ini menerima hukum yang Tuhan haruskan untuk mereka turuti. Setiap generasi dan setiap individu akan dihakimi berdasarkan apa yang mereka ketahui dan apakah mereka menurutinya atau tidak. Hidup keagamaan orang lain tidak dapat menjadi standar bagi seseorang karena ada derajat pertanggungjawaban yang berbeda-beda bagi masing-masing orang. Kakek saya dapat diselamatkan dengan mengikuti terang yang ia miliki, tetapi saya tidak dapat diselamatkan dengan melakukan hal yang sama. Saya memiliki ukuran berbeda sehubungan dengan kebenaran yang diungkapkan kepada saya, yang akan saya pertanggungjawabkan nanti kepada Tuhan secara pribadi.

Kenyataannya adalah seseorang menolak dan menghujat Roh Kudus ketika ia dengan sadar melanggar perintah Tuhan yang mana saja. Menurut Alkitab, Roh tidak dapat tinggal di dalam hidup siapapun yang melanggar. “Dan Kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia.” Kisah Para Rasul 5:32. “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.” Yohanes 14:15,16.

 

Dosa yang Sudah Disadari Namun Tetap Dilakukan Akan Menjauhkan Roh

Perhatikan baik-baik bahwa ketidaktaatan dengan segera akan mendiskualifikasi seseorang dari dipenuhi Roh. Wakil Tuhan yang luar biasa ini dihina ketika ketika fungsi utamanya disangkal. Sifat dasarNya yaitu membuat dosa kelihatan benar sebagai dosa. Dosa tidak dapat diam dengan nyaman dalam seseorang ketika Roh Kudus juga berdiam pada orang itu. Entah dosa yang akan ditinggalkan atau Roh yang akhirnya ditolak dan pergi.

Menolak untuk berjalan dalam terang tidak membuat seseorang langsung terpisah dari Tuhan. Akan tetapi ketidaktaatan secara terus menerus akan membuat hati nurani menjadi tumpul terhadap keseriusan dosa. Keadaan yang dirundung kegelapan bertumbuh karena pelanggaran terus menerus kepada kebenaran yang sudah diketahui inilah yang menjadi dosa yang tidak akan diampuni.

Apakah anggota gereja dan orang-orang yang religius benar-benar dalam bahaya melakukan dosa ini? Dalam salah satu KKR saya, seorang wanita yang baik menjabat tangan saya di pintu dan memberitahu saya betapa bersemangatnya ia terhadap kebenaran hari Sabat yang telah ia pelajari malam itu. Ketika saya mendorongnya untuk membuat keputusan untuk memelihara Sabat, dengan sungguh-sungguh ia menjawab, “Saya akan mendoakan hal itu, dan jika Tuhan menanamkan kesan pada saya untuk melakukannya, maka saya pasti akan memelihara Sabat.”

Jawaban itu mungkin terdengar baik, karena ia berbicara tentang doa, namun jawaban itu sangat mengecewakan saya. Meskipun kebenaran dengan jelas diungkapkan lewat Firman, namun wanita ini masih akan bertanya kepada Tuhan sebagai tanda akhir sebelum menurut. Apakah ujian akhirnya? Perasaan. Apakah aman untuk mempercayai kesan sebagai kriteria kebenaran? Tidak akan pernah. Setan dapat menciptakan perasaan sebagaimana yang Tuhan dapat buat. Saya tidak terkejut beberapa hari kemudian ketika wanita itu memberitahu saya bahwa Tuhan telah menanamkan kesan kepadanya bahwa ia tidak perlu memelihara Sabat.

Kesalahannya telah diulangi oleh jutaan orang yang baik. Mereka tidak mengerti bahwa setiap kesan, dari mana pun sumbernya, harus diuji dengan Firman Tuhan yang tak pernah salah. “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Amsal 14:12. Tuhan tidak pernah menentang diriNya sendiri. Memimpin seseorang untuk bertentangan dengan FirmanNya merupakan pelanggaran sifatNya. Roh Kudus selalu berbicara dalam keselarasan yang sempurna dengan Alkitab. Paulus meminta pendengarnya untuk mengambil “pedang Roh, yaitu firman Allah.” Efesus 6:17. Ayat ini menunjukkan bahwa Alkitab adalah pedang tajam dari Roh Kudus. Keduanya bekerja sama dalam menyadarkan orang akan dosa.

Jika seseorang memutuskan bahwa ia tidak akan menaati kebenaran, akankah Tuhan mengetahui keputusan itu dan membiarkannya untuk mengikutinya? Ya, Tuhan bahkan akan mengijinkan seseorang untuk mempercayai kebohongan jika orang itu memutuskan untuk melakukan hal itu. Paulus berbicara mengenai mereka yang “tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta.” 2 Tesalonika 2,10,11.

Mereka yang mengasihi dusta lebih dari kebenaran, secara perlahan akan mempercayai kebohongan itu sementara Roh Kudus didukakan. Pencuri yang tetap mencuri setelah ia ditegur oleh Roh Kudus akhirnya akan menganggap tidak ada yang salah dengan mencuri. Pelanggar hukum Sabat yang dengan sadar terus melanggar Sabat suatu hari akan mulai membenarkan dosanya. Setelah beberapa lama, hati nuraninya akan tumpul dan menjadi tidak peka terhadap pengaruh Roh Kudus. Akan datang harinya dimana ketika Tuhan berbicara untuk terakhir kalinya. Dan kemauan, yang telah lumpuh karena keragu-raguan dan pelanggaran terus menerus, tidak akan sanggup untuk merespon panggilan tersebut. Lebih jauh lagi, Roh tidak memberitahu kapan Ia mulai memberikan panggilan terakhir itu. Kita hanya tahu bahwa Roh Kudus tidak akan selalu tinggal bersama manusia. pada akhirnya Tuhan akan berkata, “Biarkanlah mereka itu.”

 

Ketaatan Bukanlah Pilihan

Kesalahan terbesar yang dilakukan orang adalah percaya bahwa mereka dapat datang kepada Tuhan kapanpun mereka mau. Kenyataannya adalah Anda hanya dapat menaati Tuhan ketika Roh berbicara ke hati Anda. Sebagai petani, saya tahu bahwa ada waktu untuk menabur benih gandum dan menuainya, dan ada saat untuk menabur benih, tanpa mendapatkan apa-apa. Sebagai seorang penginjil, saya tahu ada saat ketika Anda dapat mengatakan ya kepada Tuhan, dan ada saat ketika Anda tidak dapat berkata ya.

Salah satu pernyataan terkeras yang pernah diberikan Yesus dapat ditemukan di Lukas 13:24, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Ayat ini membingungkan saya untuk waktu yang lama. Bagaimana Tuhan yang penuh kasih dapat menahan orang yang benar-benar berusaha untuk masuk ke dalam kerajaanNya? Ini tidak masuk akal. Kemudian saya menyadari kata-kata ini: “tidak akan dapat.” Ini menempatkan masalah kepada orang gantinya Tuhan. Tuhan rindu untuk menjangkau mereka tetapi mereka tidak dapat menerima keselamatan dariNya. Mereka telah begitu nyaman dan menjadi keras dalam ketidaktaatan mereka yang sudah berjalan lama sehingga mereka tidak mampu memiliki pertobatan sejati. Seperti kutipan dari Perjanjian Lama ini “Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya.” Amos 8:12.

Suatu hari, akan terlambat untuk mencari keselamatan. Suatu hari, pintu kasihan akan tertutup, dan tidak ada orang yang dapat masuk. Hari inilah hari untuk menerimanya. Hari ini adalah hari penyelamatan itu. Tidak heran Yesus menyebut dosa ini sebagai dosa yang tidak akan diampuni. Ini adalah dosa dari menunggu terlalu lama untuk menurut, hingga jiwa itu telah terbentuk oleh penundaan yang keras kepala.

Saya ulangi, Anda hanya dapat menaati Tuhan ketika Roh meyakinkan Anda untuk datang. Ketika Roh diusir dan ditolak, tidak ada kemungkinan untuk bertobat.

Ada kisah menarik tentang burung elang besar yang melihat bangkai seekor anak sapi berada di atas bongkahan es yang mengapung di sungai Niagara. Menukik tajam dengan sayapnya yang perkasa, elang itu mendarat di atas es dan mulai memakan bangkai tersebut. Yakin dengan kekuatan sayapnya, ia terus makan hingga akhirnya tibalah ia di ujung sungai, di air terjun Niagara itu. Kemudian ia melebarkan sayapnya yang perkasa untuk melarikan diri, kejadian malang terjadi, cakarnya telah membeku ke dalam es, dan ia tidak dapat melepaskan diri. Elang itu pun tersapu di tebing air terjun yang curam itu dan hancur di bebatuan di bawah.

Saya juga mengenal orang-orang yang menunggu terlalu lama untuk membuat keputusan. Berulang-ulang kali mereka berbicara kepada saya di pintu setelah KKR selesai: “Saya tahu apa yang Anda khotbahkan itu adalah kebenaran, dan saya berencana untuk melakukan suatu tindakan.” Sementara yang lain memberitahu saya bahwa mereka sedang benar-benar memikirkan hal-hal yang baru saja mereka dengar.

Apakah Tuhan mencari orang-orang yang akan menjadi pembicara hebat mengenai kebenaran? Dan bagaimana dengan mereka yang selalu berpikir tentang kebenaran? Yesus tidak pernah menyambut orang masuk ke dalam KerajaanNya dengan kata-kata ini: “Baik sekali perkataanmu itu, hai pembicaraku yang baik dan setia:… masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Ia juga tidak akan berkata,”Pemikiran yang baik, engkau pemikir yang baik dan setia.” Tapi Ia akan berkata kepada semua yang masuk ke sana, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; …masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:21.

Hal paling sombong yang dapat dilakukan seseorang adalah berdoa untuk mendapat pengertian tentang kebenaran, dan kemudian menolak untuk taat ketika Tuhan menjawab doa itu. Adalah lebih baik untuk tidak mengetahui kebenaran daripada mengetahui kebenaran dan kemudian menolaknya. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja.” Yakobus 1:22.

 

Mendengar namun Tidak Melakukan

Ujian kasih yang sebenarnya adalah apa yang kita lakukan dengan kebenaran yang kita mengerti. Tidak sulit untuk meyakinkan seseorang tentang apa yang benar, tapi sangat sulit untuk meyakinkan mereka untuk menurut. Tidakkah ini memberitahu kita sesuatu yang penting? Setan tahu bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, dan ia juga tahu pelanggaran yang terus menerus dilakukan mendukakan Roh Kudus. Setan sangat memfokuskan serangannya terhadap kemauan manusia, dan jelas, ia sangat sukses membuat orang menunda-nunda penurutan. Semakin lama mereka menunggu, semakin besar kemungkinan mereka akan menunggu lebih lama lagi, dan mereka pun berada dalam bahaya lebih besar untuk mengusir Roh Kudus.

Yesus menghadapi masalah yang sama dalam pelayananNya. Ia harus merasakan pahitnya sakit hati melihat orang-orang berpaling dari kebenaran. Kerumunan orang banyak tetap tinggal hingga Ia akhirnya mengatakan hal-hal berat yang memerlukan pengorbanan dan tindakan. Dan kemudian mereka pun meninggalkan Dia. Itu adalah pengalaman yang paling menghancurkan bagi pengkhotbah ataupun guru. Saya tahu hal ini karena saya telah melihat orang-orang pergi juga. Saya tidak membandingkan diri saya dengan Yesus, tapi setiap pemenang jiwa dapat berempati dengan Kristus ketika Ia bertanya kepada murid-muridNya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yohanes 6:7). Lalu Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?” (Ayat 8) Betapa tepatnya pertanyaan ini! Ke manakah Anda akan pergi setelah mendengar kebenaran murni tanpa ditambah-tambahi? Tentunya tidak perlu untuk mencari tahu lebih lanjut tentang itu, dan terang tambahan hanya akan datang setelah Anda menuruti terang yang Anda miliki.

Hanya ada satu hal aman yang dapat dilakukan terhadap kebenaran—turuti itu! Anda tidak bisa melupakannya atau melewatinya. Kebenaran itu tidak akan pergi dan tidak akan berubah. Kita tidak dapat mematahkan hukum Tuhan; hukum itulah yang akan mematahkan kita jika kita melanggar.

Bagaimana seseorang tahu jika ia telah melakukan dosa yang tidak akan diampuni? Jawaban pertanyaan itu mudah dan sederhana. Tidak ada orang yang mendukakan Roh Kudus yang masih merasakan penyesalan karena dosa dan ingin dekat dengan Tuhan. Mereka yang mencari kebenaran masih belum melampaui titik ketika semuanya sudah terlambat. Tetapi karena Roh tidak mengumumkan kapan panggilan terakhir permohonan ke hati itu dibuat, maka tidak ada yang boleh dengan sengaja melanggar satu pun kebenaran yang telah diketahui. Bahaya paling mematikan yang dihadapi oleh semua orang saat ini adalah menghina Roh Kudus dengan menolak menuruti panggilanNya. Hasil akhirnya sama, apapun kata-kata yang kita mungkin gunakan untuk membenarkannya. Hasilnya selalu adalah perpisahan dengan Tuhan.

Aspek paling menipu sehubungan dosa yang tidak akan diampuni adalah kenyamanan yang tampaknya ada bersama orang-orang yang mampu hidup tanpa Tuhan. Kehidupan mereka akhirnya bebas dari guncangan konflik karena pergumulan dengan hati nurani. Ini tidak terjadi dalam satu hari, akan tetapi suara hati nurani yang menegur menjadi semakin pelan dan pelan, dan akhirnya mati, sehingga mereka dapat menikmati gaya hidup yang nyaman dan memuaskan.

Tidak ada orang Kristen yang boleh heran dengan kedamaian pikiran menakjubkan yang tampaknya ditunjukkan oleh orang-orang yang belum bertobat. Keadaan mematikan ini hanya dapat timbul kepada mereka yang tidak lagi memiliki dua suara dan dua pihak yang berperang untuk menang dalam diri. Dengan perginya Roh Kudus, maka daging dapat menikmati kemenangannya dalam mengendalikan pikiran dan hidup. Tidak ada lagi pertempuran hebat rohani, dan dosa yang tidak akan diampuni pun tampaknya telah membawa kelegaan. Akan tetapi hanyalah khayalan belaka yang menutupi jiwa yang kosong, dan hilangnya kemampuan untuk berdoa ataupun untuk percaya.

Seringkali dalam pertemuan KKR, orang-orang menunjukkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin telah mengusir Roh Kudus. Bahkan ketika mereka sedang mendengarkan pekabaran dari malam ke malam, mereka dipenuhi ketakutan bahwa mereka mungkin telah melakukan dosa yang tidak akan diampuni. Untuk mereka yang demikian, saya dapat memberikan jaminan yang jelas dan positif bahwa mereka tidak bersalah melakukan dosa ini. Karena jika ya, maka mereka tidak akan pernah peduli dengan perkara-perkara mengenai Tuhan. Dan pastinya mereka tidak akan ditemukan di tempat untuk berdoa dan belajar Alkitab, dan tidak akan menunjukkan kekhawatiran mereka tentang hubungan mereka dengan Tuhan. Jelas bahwa Roh Kudus masih menarik mereka dan menciptakan kerinduan akan kebenaran dan keselamatan.

Di sisi lain, mereka yang berjalan berlawanan dengan terang yang telah diungkapkan Tuhan tidak boleh merasa aman dari dosa ini. Setiap orang yang dengan bebas melakukan dosa akan bergerak tanpa bisa dihindari ke saat fatal dimana hati nurani tidak dapat lagi merespon panggilan Roh. Satu-satunya jaminan aman kita, setiap waktu, adalah mengetahui bahwa kita meminta kasih karunia Tuhan untuk menaati setiap terang dan kebenaran yang ada pada jalan setapak kita.


Mari bagikan artikel ini

1 thought on “Titik Ketika Semua Sudah Terlambat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *