UNTUK SELAMAT, APAKAH CUKUP MEMILIKI KETULUSAN DAN SEMANGAT?

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Salah satu orang religius yang paling tulus dalam Alkitab adalah Saulus dari Tarsus. Dia menjelaskan kepercayaannya dengan menyatakan, “Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini” (Kisah Para Rasul 22:3).

Tetapi semangatnya tiba-tiba berubah: Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.  Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-Tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum” (ayat 4, 5).

Dalam hal keselamatan, pria yang akan menjadi rasul Paulus, tidak membutuhkan lebih banyak semangat. Dia membutuhkan hati yang bertobat. Kita dapat dengan tulus mencoba melakukan apa yang kita anggap benar, tetapi itu mungkin sangat salah. Itu sebabnya kita harus datang kepada Yesus; kita harus membuka diri kita pada kebenaran Alkitab dan meminta Tuhan untuk membuka mata kita akan dosa. Kecuali kita bertobat dan berbalik dari kepentingan diri sendiri, upaya terbaik kita untuk melakukan yang benar adalah seperti kain kotor (Yesaya 64:6). Guru agama yang paling dihormati di Israel, Nikodemus, diberitahu secara langsung oleh Kristus bahwa dia perlu “dilahirkan kembali” (Yohanes 3:3).

Semangat dan ketulusan tidak buruk, tetapi dalam hati yang belum bertobat mereka dapat menyesatkan kita, seperti dalam kehidupan Saul. Jika kita mengganti kata semangat dengan “usaha terbaik saya” dan kemudian bertanya, “Apakah upaya terbaik saya tidak akan menyelamatkan saya?” jawaban Alkitab adalah “Tidak!” Bahkan perbuatan baik tidak akan menyelamatkan kita. “bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Titus 3:5).

Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman. 2 Timotius 1:9.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *