HIDUP DENGAN PENUH SEMANGAT DAN KEMENANGAN MELALUI YESUS!

Belajar Alkitab
Mari bagikan artikel ini

Oleh Helmut Haubeil

Bagaimana saya dapat berhasil sebagai seorang Kristen? Janji apa yang Tuhan berikan bagi kita untuk kehidupan yang sukses?

Apa sebenarnya kesuksesan hidup itu?

Setiap orang memiliki definisi berbeda tentang kesuksesan. Kebanyakan orang mengaitkan kesuksesan dengan uang, pengaruh, kekuasaan dan ketenaran. Secara alamiah, hal ini dapat diartikan sebagai satu bentuk kesuksesan, tetapi bukankah kesuksesan dalam kehidupan adalah kehidupan yang terpenuhi dalam arti yang lebih mendalam?

Tahun 1923 sembilan orang terkaya di dunia pada waktu itu bertemu dalam satu konferensi di Chicago. Tidak ada yang tahu apa yang mereka diskusikan. Tetapi 25 tahun kemudian, seseorang mencari tahu apa yang terjadi kepada sembilan orang ini. Hampir semua mereka telah bangkrut, ada yang melarikan diri, dipenjara karena penipuan atau telah meninggal karena serangan jantung atau bunuh diri. Orang-orang ini sebelumnya telah menjadi begitu kaya dan memiliki pengaruh dan kekuasaan yang sangat besar. Tetapi mereka tidak memiliki keberhasilan sejati dalam hidup – bahkan kesuksesan finansial mereka tidak bertahan lama. Yesus berkata: “… walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Lukas 12:15) (Dikutip dari: “Helmut Haubeil & Gerhard Padderatz, Gott, Geld & Glaube – Christliches Handeln in Wirtschaftsfragen“ (God, Money & Faith – Christian conduct in economic matters), Eckental 2009, hal. 15, 16).

Mereka gagal melihat sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan mereka: hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan; Alkitab menyebut hal ini “tinggal dalam Kristus” (170 kali) atau “dilahirkan kembali” (Yohanes 3:1-17) atau “lahir dari Allah” (1 Yohanes 5:18). Kristus hidup dalam diri kita pada waktu kita
dipenuhi dengan Roh Kudus. Allah menjanjikan kita “dalam Kristus” kesuksesan – yaitu keberhasilan hidup. Dia menyertai kita dalam semua perjalanan kehidupan kita. Dia menerima tanggung-jawab pada waktu kita tinggal dan tetap terhubung erat dengan-Nya. Selain itu, Tuhan juga memberikan berkat rohani yang ajaib dan hidup kekal. “Pengetahuan akan rahasia ini [Kristus tinggal di dalam kita] adalah kunci untuk semua rahasia. Kunci ini membukakan bagi jiwa seluruh perbendaharaan jagat raya, semua kemungkinan pengembangan yang tidak terbatas.” (Education, p. 172.1).

Menurut dunia, kesuksesan itu berdasar pada kemauan diri sendiri: Ego saya menentukan hampir semua aspek kehidupan. Jika kita ambil jalan ini maka kita secara pribadi bertanggung jawab untuk semua konsekwensinya. Kita harus berhadapan dengan semua permasalahan dan keterbatasan manusia. Memang benar seseorang dapat saja mencapai kesuksesan untuk sementara waktu. Namun
demikian, jalan ini pasti berakhir dengan kebinasaan (Wahyu 14:17-20).

Janji-janji Allah untuk kesuksesan: Kita memiliki Allah yang sangat ajaib. Berbagai janji telah dipersiapan untuk keberhasilan kita. Yesus berkata bahwa Dia datang untuk memberikan kita kehidupan yang berkelimpahan. Alkitab menjanjikan kita keberhasilan yang sejati, meskipun ekspresi ini tidak dinyatakan secara literal. Coba lihat ayat-ayat berikut ini:

❖ Mazmur 1 : siapa yang berjalan di jalan Tuhan akan “seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air.”
❖ Yosua 1:7-9: “… Tuhan Allahmu menyertai engkau kemanapun engkau pergi.” (akan dijelaskan lebih lanjut).
❖ Amsal 3:5-6: “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan
jalanmu.”
❖ Yohanes 15:1-17: Perjanjian Baru berbicara tentang “buah.” Dalam ayat 5: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak.”

Allah dan manusia secara terus-menerus bekerja sama dalam proses ini.

Sebuah contoh praktis tentang kesuksesan

Pada waktu saya berusia 19 tahun, saya begitu terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Daniel. Pasal pertama kitab Daniel ini memberikan dampak berkat yang besar dalam hidup saya. Hal ini juga terjadi dalam perjalanan karir saya, baik secara ekonomi dan dalam tugas pelayanan saya sebagai gembala dan misionaris. Daniel, seorang tawanan perang, menjadi seorang pejabat penting dan menduduki posisi pimpinan dalam dua kerajaan besar dunia, dan dia adalah nabi Tuhan. Sampai saat ini Daniel masih tetap
dihormati oleh kaum Nasrani, Muslim dan Yahudi.

Awal Karir Daniel

Orang-orang seperti apakah Daniel dan teman-teman tawanan senasibnya? Pasal 1, ayat 4: orang-orang muda, sehat, berperawakan baik, cerdas dan bijaksana dan mereka berasal dari keluarga yang rohaniawan. Selain itu, mereka adalah keturunan raja, kaum bangsawan. Mereka adalah orang-orang Yehuda. Mereka adalah tawanan perang.

Ayat 5: Raja Nebukadnezar ingin ‘mengkafirkan’ mereka. Dia ingin secara khusus ‘merawat’ mereka. Raja perintahkan agar orang-orang muda ini diberikan makanan dan anggur dari meja raja. Sebagai akibatnya, Daniel dan teman-temannya mendapat masalah: Hidangan lezat dan mewah dari meja raja berlawanan dengan aturan yang tertulis dalam Alkitab. Apa yang harus dilakukan oleh Daniel dan teman-temannya? Sebagai tawanan perang, nasib mereka sangat tergantung pada kebaikan hati sang raja. Tentunya, dengan segala upaya mereka meminta petunjuk dari Tuhan. Tapi mereka harus membuat keputusan: secara diam-diam makan dan minum apa yang dihidangkan bagi mereka – melawan kata hati mereka – atau cari alternatif lain. Alkitab hanya menuliskan tentang keputusan Daniel tetapi tentunya
teman-teman Daniel setuju.

Ayat 8: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja.” Daniel memutuskan untuk setia kepada Tuhan dan tidak memakan makanan
haram. Selama hidupnya kita dapat melihat bahwa keputusan ini adalah keputusan fundamental dalam hidupnya.

Kita juga melihat bahwa Daniel tidak mau menerima “pemberian duniawi”, pemberian yang dapat membuat dia menjadi tidak setia kepada Tuhan. Dia mau mengikuti aturan dan perintah Alkitab. Sudah pasti Daniel tahu isi kitab Yosua dan perintah yang Tuhan berikan kepada Yosua! (Coba baca Yosua 1:7-9 dan hafal isi ayat ini) Versi singkatnya seperti ini:

Ayat 7: Selalu turuti Firman Tuhan. Jangan menyimpang ke kiri atau ke kanan, SUPAYA kamu berhasil!

Ayat 8: Selalu renungkan Firman Tuhan dan bertindak seperti apa yang tertulis, MAKA kamu akan berhasil!

Ayat 9: Teguhkan dan kuatkan hatimu! Jangan takut terhadap apapun! KARENA Tuhan menyertaimu kemanapun engkau pergi. Dia mengaku bertanggung-jawab atas hidup kita, Dia memberikan kita kekuatan, sukacita dan keberhasilan.

Keputusan pertama ini jelas menyatakan bahwa Daniel telah hidup dalam penyerahan penuh kepada Tuhan. Ini adalah kunci keberhasilan menurut Tuhan: Selalu buat keputusan sesuai keinginan Tuhan dalam kasihNya, bukan sesuai keinginan diri sendiri atau apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh orang lain.

Sepenting apakah keputusan-keputusan yang kita buat dalam hidup kita? Kemampuan kita dalam membuat keputusan, mengatur seluruh kehidupan kita. Bobot kapal pesiar mewah “Queen Elizabeth” 1,300 kali lebih berat dibanding bagian setir yang mengatur arah pergerakan kapal besar ini. Setir ini dapat disamakan dengan kemampuan kita dalam membuat keputusan. Keputusan dapat memberikan dampak yang besar. Pada waktu kita memutuskan untuk melakukan kehendak Tuhan dan bertindak sesuai keputusan ini, maka Tuhan akan menyediakan apa yang kita perlukan, kemudian Dia menyertai kita, dan kita akan terus merasakan kerjasama dengan Tuhan dimana Tuhan mengaku bertanggung-jawab. (Informasi lebih rinci Tinggal di dalam Yesus, Bab “Penurutan melalui Yesus.”).

Daniel dan teman-temannya membuat keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan. Langkah apakah yang mereka lakukan selanjutnya? Mereka lakukan apa yang dapat mereka lakukan dan Tuhan memberikan
solusi terhadap masalah mereka.

Bagaimana kita menghadapi keputusan yang sulit?

Daniel 1 ayat 8 b: “… dimintanyalah (Daniel) kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.” Cara apa yang mereka gunakan? Cara memohon (meminta). Hasilnya akan sangat berbeda pada waktu kita memohon/meminta gantinya berkata: “Saya tidak akan lakukan itu!” atau “Saya
tidak suka itu!” atau “Ini jelas salah!.” Permohonan mengandung unsur kepercayaan. Pada waktu kita menyampaikan sebuah permohonan kepada seseorang, kemungkinan permohonan kita dikabulkan akan lebih tinggi. Tetapi pada saat kita menyatakan perintah atau penolakan dengan nada yang tidak bersahabat maka lawan bicara kita akan terpengaruh secara negatif. Orang tersebut akan lebih cenderung menunjukkan siapa yang berhak mengatur. Saya pelajari pelajaran penting ini dalam satu kegiatan retreat orang muda dan saya tidak pernah melupakannya. Saya koreksi sikap saya sejak saat itu karena inilah
metode yang baik dan benar, metode yang sudah teruji.

Daniel juga menambahkan sesuatu: dia tekankan bahwa bagi dia ini adalah masalah yang menyangkut kata hati. Pada waktu kita berargumentasi seperti ini maka kita akan mendapatkan pengertian. Tetapi
kita sebaiknya jangan, dan dalam kondisi apa pun, bertindak melawan kata hati kita. Hanya dengan cara ini kita memperoleh kedamaian sejati dengan Tuhan.

Ayat 9: “Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu.” Apa yang sedang terjadi disini? Daniel telah membuat keputusan untuk menuruti Tuhan dengan demikian, dia telah melakukan apa yang dapat dia lakukan – dipikirkan secara seksama dan dilakukan dengan sopan. Dan kemudian Tuhan intervensi dan menggerakkan hati dari pemimpin pegawai istana. Tuhan membuat semua itu terjadi. (Biasanya Tuhan kita yang ajaib akan campur tangan demi keberhasilan kita. Tetapi Tuhan juga dapat memutuskan sebaliknya. Mungkin kita belum memenuhi semua persyaratan atau mungkin Tuhan mempunyai alasan tersendiri mengapa Dia tidak membela kita.)

Menurut ayat 10 pemimpin pegawai ini khawatir. Jika dia ikuti permohonan Daniel, maka dia akan bertindak melawan perintah langsung dari raja.

Kita lihat langkah Daniel selanjutnya di ayat 12. Dia dekati pemimpin pegawai ini yang secara pribadi mengawasi Daniel dan teman-temannya. Daniel kemudian membuat satu permohonan. Selain itu, dia juga memberikan satu saran yang spesifik – dia telah memikirkannya dengan matang. Dengan sangat ramah dan sopan dia berkata kepada sang pengawas: Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari. Dengan permohonan ini, sekali lagi dia menyatakan kepercayaannya kepada
pengawasnya. Ada satu hal yang jelas disini: Daniel tidak sedang berpikir untuk memakan makanan haram setelah masa 10 hari ini! Sebaliknya, dia percaya penuh pada campur tangan Tuhan pada waktu dia memohon: “Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami
diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum.” Sayur atau secara literal makanan biji-bijian.

Mengapa Daniel meminta “makanan biji-bijian?” Dari mana dia ambil istilah ini? Dikatakan dalam Kejadian 1:29: “Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang
berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.” Benar, Daniel sangat memahami Firman Tuhan. Dia meminta makanan terbaik, khususnya makanan yang Tuhan telah tentukan bagi manusia pada saat penciptaan: makanan nabati. Jenis
makanan ini juga lebih murah. Tuhan membuat pengawas ini mendengarkan dan memenuhi permintaan Daniel. Dan, sekali lagi, Tuhan melakukan sesuatu yang ajaib:

Ayat 15 “Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.” Masalahpun selesai. Apa yang Tuhan berikan kepada mereka? Kecantikan, kekuatan dan kepintaran, semuanya Tuhan berikan
kepada mereka!

Tetapi Tuhan terus memberkati mereka: ayat 17 – “Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai
pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.” Apalagi yang Tuhan berikan kepada mereka? Pengetahuan dan kepandaian dan sebagai tambahan untuk Daniel, talenta nubuatan. Juga Tuhan berikan!

Tetapi bukan hanya itu. Ada satu kejutan yang terjadi pada akhir dari masa pelatihan mereka. Ayat 20: “Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.” Dapatkah anda membuat diri anda lima atau sepuluh kali lebih pintar? Hanya Tuhan yang dapat melakukan hal ini. Ini pun Tuhan berikan.

Cara ini membuktikan bagaimana kita dapat benar-benar berhasil dalam kehidupan kita: Jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, segeralah buat keputusan untuk merubahnya. Bersikaplah sopan dan ramah, jika memungkinkan atau diperlukan, berikan usulan solusi yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan akan menyertai kita. Yesus berkata dalam Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Mungkin anda belum berserah sepenuhnya kepada Kristus. Atau selama ini anda telah menyimpang dan kehilangan “kasih yang semula” (Wahyu 2:4). Jika anda dalam kondisi ini, maka sikap kita akan benar-benar berbeda dan cara pandang yang berbeda, dan segala sesuatu akan kelihatan biasabiasa saja. Roma 8:5 “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.” Ayat ini menyatakan dua sikap dasar yang berbeda, tergantung apakah kita dipenuhi oleh Roh Kudus atau tidak. Pada waktu saya belum berserah penuh kepada Kristus terkadang saya merasakan tekanan yang besar dalam menjalani kehidupan sebagai orang
percaya. Tetapi sekarang hidup saya dipenuhi dengan sukacita, harapan, kekuatan dan kemenangan. E.G. White berkata: “Rahasia keberhasilan adalah perpaduan antara kuasa ilahi dan upaya manusia.” (Patriarchs and Prophets, p. 509.1). Itulah sebabnya coba renungkan beberapa pertanyaan mendasar dalam buku ini, yang akan, melalui hubungan yang erat dengan Kristus, menuntun kita pada keberhasilan, atau dalam bahasa Alkitab, kehidupan yang berbuah – satu kehidupan sebagai rekan kerja Tuhan yang dipenuhi dan dituntun oleh Roh Kudus. 1 William H. Shea, Das Buch Daniel, Teil 1 (Advent-Verlag Lüneburg, 1998), S. 52.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *