ORANG FARISI DAN PEMUNGUT CUKAI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Amazingfacts.id: Kisahnya kedua orang ini datang ke tempat yang sama untuk berdoa. Keduanya menemui Allah. Namun sungguh perbedaan nyata terlihat pada mereka! Yang satu penuh dengan pujian terhadap dirinya sendiri.

cara memandang diri

Ia memandangnya, melaluinya, dan menyebutnya dalam doa; yang lain menyadari sepenuhnya tentang ketidaklayakannya. Orang Farisi menganggap sebagai orang benar di hadapan Allah, dan dengan demikian ia berada dalam pendapatnya sendiri.

Pemungut cukai, dalam kerendahan hati, memandang dirinya sendiri tidak pantas mendapat kemurahan atau restu dari Allah.

Si pemungut cukai tidak mampu mengangkat wajah ke atas, tetapi memukul diri dengan berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Penyelidik hati melihat ke bawah pada kedua orang itu, dan Ia melihat nilai dari masing-masing doa.

Ia tidak menilai dari kedudukan kita, talenta kita, pendidikan kita, atau posisi kita.  Ia melihat bahwa orang-orang Farisi merasa diri sangat penting dan membenarkan diri, dan catatan menyebut namanya, “Ditimbang dalam neraca, dan didapati ringan.”

yesus teladan hidup

Yang Agung dari surga merendahkan diriNya sendiri dari kekuasaan tertinggi, dari kedudukan yang sama dengan Allah, ke tempat yang terendah, yakni tempat seorang hamba. Kerendahan hatiNya tidak termasuk kerendahan nilai tabiat dan kualifikasiNya.

Tetapi dalam dalam hal ini adalah dengan merendahkan diriNya sendiri kepada umat manusia yang berdosa, untuk menaikkan mereka pada kehidupan yang lebih tinggi bersama Dia.

Orang [pemungut cukai] itulah yang paling dekat dengan Allah, dan paling dihormatiNya, yang paling sedikit rasa berpuas diri dan tak membenarkan diri, yang menunggu Allah dalam iman yang bersahaja dan percaya.

permulaan kejatuhan

Kesombongan dan merasa diri penting, jika dibandingkan dengan kerendahan hati dan kebersahajaan, memang merupakan kelemahan. Kelemahlembutan Juruselamat, caraNya yang sederhana dan tak berprasangka itulah yang membuat Dia jadi penakluk hati.

Dari surga Allah menatap ke bawah dengan senang pada orang-orang yang percaya yang memiliki pengertian penuh terhadap ketergantungan mereka padaNya.

Kepada orang-orang seperti itulah Ia suka memberi ketika mereka berkata kepadaNya, “Ia yang memuaskan jiwa yang rindu, dan mengenyangkan jiwa yang lapar dengan kebaikan.”

Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Lukas 18:11.

 

-Suara Hati Nurani, Hlm. 129-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *