PERINTAH SABAT SEBELUM GUNUNG SINAI

Belajar Alkitab
Mari bagikan artikel ini

Ketika pertanyaan tentang Sabat hari ketujuh muncul di antara orang-orang Kristen yang tidak memeliharanya, salah satu argumen yang paling umum untuk mempertahankan posisi mereka adalah bahwa Sabat hari ketujuh dimaksudkan hanya untuk orang-orang Yahudi, yang baru diperkenalkan dengan perintah Sabat di Gunung Sinai. Menurut mereka, dalam Keluaran 20, perintah itu pertama kali diungkapkan:

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” (Keluaran 20:8-11).

Jadi, mereka mengklaim, karena hari Sabat hari ketujuh diperkenalkan pada saat perjanjian antara Tuhan dengan bangsa Ibrani, maka hari Sabat hari ketujuh hanya mengikat orang Yahudi saja—dan tidak mengikat orang Kristen, yang di bawah Perjanjian Baru, sekarang memelihara hari Minggu sebagai hari peristirahatan.

Untuk Memelihara Sabat

Hal ini membuat sebuah blog baru-baru ini di The Daily Jeffersonian-yangmenyediakan berita lokal untuk wilayah Cambridge, Ohio-cukup menarik; blog ini menawarkan pandangan unik tentang hari Sabat yang mungkin mengungkapkan lebih banyak tentang hari ketujuh dan perintah keempat daripada yang dimaksudkan oleh penulisnya.

Blog ini ditulis oleh kolumnis tamu Jeffrey Bergeson, pendeta di United Presbyterian Church di Cambridge. Berjudul “Banyak Gereja, Satu Tuhan: Untuk memelihara Sabat, kita harus mempraktikkannya,” dimulai dengan Pastor Bergeson yang mengatakan bahwa ia baru saja kembali dari cuti panjang selama tiga bulan.

“Sabat,” katanya, “hanyalah perpanjangan dari konsep Sabat. Dalam Sepuluh Perintah Tuhan, umat Tuhan diperintahkan (dan kemudian diingatkan) untuk memelihara hari Sabat. Tetapi tahukah Anda bahwa mereka telah diberi hari Sabat sebagai suatu pemberian?”

Tunggu! Sabat sudah diberikan kepada orang Yahudi—sebelum Sepuluh Perintah Tuhan? Ya! Dia benar.

Penyataan ini umumnya tidak ditawarkan oleh mereka yang mendukung dan mempertahankan pemeliharaan hari Minggu. Memang, dalam banyak kasus, mereka bahkan tidak tahu tentang Sabat yang “sudah diberikan … sebagai karunia.” Dan bahkan jika mereka mengetahuinya, mereka mengabaikan penerapannya. Lagipula, jika orang Yahudi telah diberikan Sabat sebelum Sinai, maka argumen yang menyatakan bahwa Sabat pertama kali diperkenalkan di Sinai menjadi berantakan.

Pokok perkara di kitab Keluaran 16 Tentang Sabat

Pendeta Bergson menjelaskan, “Dalam Keluaran 16, Tuhan berjanji untuk menyediakan roti atau manna setiap hari, dan hari peristirahatan mingguan bagi budak-budak yang baru dibebaskan dari Mesir. Persediaan ini adalah sebuah karunia, tetapi juga merupakan sebuah ujian. Akankah orang-orang mempercayai Tuhan untuk menyediakan semua yang mereka butuhkan selama enam hari untuk beristirahat pada hari ketujuh, atau apakah itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan?”

Apakah orang-orang harus beristirahat pada hari ketujuh? Tentu saja, mereka adalah orang-orang Yahudi, umat perjanjian Tuhan di zaman dahulu. Satu-satunya masalah adalah bahwa insiden dengan manna ini terjadi sebelum mereka tiba di Gunung Sinai – sebelum mereka diberi Sepuluh Perintah Allah.

Dan tetu saja, masih ada tiga pasal peristiwa lainnya—kekurangan air (Keluaran 17:1–7), pertempuran dengan Amalek (Keluaran 17:8–16); kemunculan Yitro, ayah mertua Musa (Keluaran 18:1–27), dan kedatangan di Sinai (Keluaran 19:1-2)—semuanya sebelum pemberian Sepuluh Perintah Tuhan (Keluaran 20:1–17 ).

Ini berarti bahwa orang-orang Yahudi tahu tentang beristirahat pada hari Sabat hari ketujuh sebelum Sinai. Namun, beberapa orang tetap pergi mengumpulkan manna pada hari Sabat. Perhatikan apa yang dikatakan Musa: “Berapa lama lagi kamu menolak untuk menaati perintah-perintah-Ku dan hukum-hukum-Ku? Perhatikanlah! Tuhan telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorang pun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu. Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.” (Keluaran 16: 28–30, penekanan ditambahkan).

Jadi, orang-orang Yahudi juga tahu tentang Sabat sebagai perintah sebelum diberikannya Sepuluh Perintah Tuhan, yang menjelaskan mengapa di Gunung Sinai, Tuhan memulai perintah Sabat dari hukum keempat dengan kata “Ingatlah.” Hal itu tidak masuk akal jika, seperti yang diklaim banyak orang, Sabat pertama kali diberikan kepada orang Yahudi di Gunung Sinai.

Penggunaan Keluaran 16 oleh Bergeson untuk mempromosikan “Sabat” (Minggu baginya) secara tidak sengaja melemahkan argumen yang menentang pemeliharaan Sabat hari ketujuh. Tetapi bilamana Keluaran 16 tidak cukup menjadi bukti bahwa Sabat sudah ada sebelum Sinai, dan bahkan sebelum orang Yahudi ada sebagai suatu bangsa, maka Kejadian 2:2, 3, harusnya menjadi bukti yang cukup: “PKetika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.”

Akhirnya, betapapun baiknya, Bergeson mungkin juga salah memahami sesuatu yang penting tentang pemeliharaan Sabat. “Sabat bukanlah suatu kewajiban agama yang harus dilakukan,” tulisnya, “tetapi suatu sikap istirahat dan bersukacita di dalam Tuhan. Sabat bukanlah hukum yang harus ditaati, melainkan berkat yang harus diterima.” Kecuali, tentu saja, menaati hukum adalah cara yang tepat untuk menerima berkat Sabat: “Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ”hari kenikmatan”, dan hari kudus Tuhan ”hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena Tuhan, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.” (Isaiah 58:13, 14).


Artikel ini dikontribusikan oleh Clifford Goldstein


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *