PESAN AIR MATA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Ada tiga jenis air mata. Air mata basal menjaga kornea tetap basah dan ternutrisi. Air mata refleks membersihkan partikel asing atau zat beriritasi (uap bawang). Air mata menangis disebabkan oleh stres emosional yang kuat, kemarahan, penderitaan, duka, atau rasa sakit fisik. Setiap jenisnya memiliki susunan kimiawi yang berbeda dan dapat menyampaikan pesan kepada orang lain.

Apakah mata Anda pernah mendapatkan sepotong serbuk gergaji? Anda mengedipkan mata, lalu air mata secara spontan keluar dan membantu menghilangkan iritasi. Air mata tidak hanya melumasi mata Anda sehingga Anda dapat melihat lebih jelas, tetapi juga membantu menjaga permukaan kornea Anda tetap bersih setiap kali Anda berkedip. Selama respons melawan-atau-menghindar dari situasi yang intens, Anda menghasilkan lebih banyak air mata. Air mata datang kepada orang-orang di bawah tekanan emosional yang mendalam seperti kemarahan atau kesedihan.

Susunan kimiawi air mata berbeda. Air mata emosional sebenarnya mengandung lebih banyak hormon berbasis protein. Beberapa di antaranya mengandung obat penghilang rasa sakit alami. Tetapi tidak semua air mata emosional itu asli. Untuk kesedihan yang tidak tulus atau penyesalan yang tidak jujur ​​disebut sebagai “air mata buaya.” Sebuah anekdot Yunani kuno menyatakan bahwa buaya akan berpura-pura menangis sambil memikat mangsanya. Masyarakat umumnya menerima air mata pada wanita dan anak-anak, tetapi hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa menangis di depan umum dapat diterima secara sosial.

Daud menulis Mazmur 42 karena sangat tertekan. Dia merindukan kehadiran Tuhan. Ia merasa sendiri dan dilupakan oleh Tuhan. Musuh mengelilinginya. Daud rindu berada di bait suci di mana dia bisa menyembah Tuhan. Dari rasa sakit ini dia menangis, “Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: ‘Di mana Allahmu?’” (Mazmur 42:4).

Daud tidak menahan air matanya. Ekspresi kesedihannya yang tulus tumpah saat dia menangis dalam doa. Kita juga mungkin datang ke hadapan Tuhan dengan emosi dan rasa sakit kita. Kita juga dapat mengetahui bahwa Tuhan melihat luka kita dan merasakan kesedihan kita. Seperti Daud, kita dapat menemukan harapan pada Tuhan saat kita tunduk dalam kesedihan dan meneteskan air mata.

Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: “Di mana Allahmu?” Mazmur 42:11.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *