SALIB SEBAGAI RAHASIA ALAM

Mengenal Yesus
Mari bagikan artikel ini

Ribuan tahun lamanya manusia berdosa menginjak tanah planet ini tanpa melihat ilustrasi yang paling sederhana dan rahasia yang tertulis di alam—jalan salib. Petani menabur benih ke tanah untuk menghasilkan makanannya sehari-hari tanpa menyadari pelajaran yang dapat diajarkan oleh benih-benih itu padanya: bahwa buah-buah kehidupan datang hanya dengan penyerahan hidup dan kebangkitan makhluk yang baru.

Ketika akhirnya Seorang Pemuda yang tak berdosa menginjak tanah kita, dari hari ke hari Dia bertelut di atasnya, berdoa kepada Bapa-Nya memohon kekuatan dan kebijaksanaan untuk membawa kepada manusia jawaban pertanyaan mereka:Bagaimana memecah-kan masalah kematian? Bagaimana umat manusia dapat diselamat-kan dari kepunahan? Bagaimana orang jahat dapat menjadi baik?

Sebagai Pencipta, Yesus telah menulis buku alam semesta de-ngan tangan-Nya sendiri. Sekarang sebagai Manusia, Dia berusaha untuk memahaminya, mengambil pelajaran dari misteri itu yang akan mengarahkan orang lain kepada jalan kehidupan satu-satunya—jalan Salib.

Kemudian, ketika tamu-tamu dari  Yunani ingin bertamu dengan Yesus, Dia “menjawab mereka dengan mengatakan: Saatnya telah tiba, Anak Manusia dimuliakan… Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa menyayangi nyawa-nya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa tidak mencin-tai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” “Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku. Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.” Yohanes 12:23-25,32,33.

Biji yang mencari “keamanan” ditaruh dalam sebuah bejana di rak tidak akan menghasilkan apa-apa sebab dengan menyayangi diri sendiri, “diri” yang “tinggal sendiri, tidak berbuah.”  Pelajaran yang mutlak benar, hanya biji yang mengalahkan kematian, yang sendirian dalam perut bumi yang gelap, melalui kematian saja dapat mengha-silkan “banyak buah.”

Pelajaran yang Diajarkan oleh Biji

Bagi Pemuda yang tak berdosa ini, dalam pencarianNya untuk menyingkap misteri ini, setiap helai daun bunga, setiap pohon di hutan yang menjulang tinggi, berbicara tentang pengorbanan biji-biji kecil yang mati di bumi seperti (pengorbanan yang terjadi) di Getse-mani.  Betapa besar kemuliaan yang terpancar dari hasil pengorban-an biji-biji anggur kecil yang menghasilkan buah-buah anggur yang berlimpah. Maka Anak Allah tahu, pengorbanan-Nya akan berarti “membawa banyak anak-anak kepada kemuliaan.” Ibrani 2:10.  Me-lalui jiwa-Nya yang muda, bergelora satu janji: Dia menganggap diri-Nya sebagai satu biji, dan Dia membuang segala jaminan hidup-Nya dan semua yang berharga bagi-Nya selamanya ke dalam “tanah” untuk mati. Demikianlah Dia mengambil pelajaran dari prinsip-prinsip dasar alam, yang tidak dimengerti sebelumnya dan yang membawa-Nya ke salib-Nya yang ajaib, senjata rahasia yang mengalahkan maut.

Tidak menjadi masalah apakah Yesus sebagai anak laki-laki mengerti sepenuhnya bahwa Ia akan mati dengan cara disalibkan (yaitu hukuman yang paling kejam di dunia orang Romawi). Yang penting, cara kematian khusus bagi penjahat, dan yang sangat me-malukan dan merupakan kematian yang keji, adalah jalan terbaik agar dunia dapat melihat bukti pengorbananNya. Bagi Dia untuk “jatuh” ke tanah dan mati “sebagai benih” adalah jauh lebih menyakit-kan dan pahit dari pada sekedar kematian tubuh.  Rasul Paulus menyatakan ada perbedaan besar antara “mati di kayu salib” dengan kematian biasa. Lihat Filipi 2:8. Kematian yang menakutkan adalah tidak adanya pengharapan dan sangat memalukan. Salib Kristus mencakup itu semua.

Tetapi sekarang salib mempunyai arti yang kecil bagi kita, sebab sejarah telah memastikan  hampir seluruh nilai salib yang sebenar-nya  diputarbalikkan. Dulu mati di salib adalah satu cara kematian yang paling hina dan siksaan yang terendah/merendahkan yang dapat  ditanggung manusia, suatu cara kematian  yang paling mengerikan bahkan bagi Iblis sekalipun, tetapi sekarang menjadi lambang dunia yang paling mulia.

Penyebab dari perubahan nilai ini terletak lebih dalam dari pada sekedar sebuah keberuntungan sejarah. Tak ada pemujaan pada se-orang yang mati sahid yang dapat membangkitkan perasaan terima kasih yang dalam seperti yang dirasakan oleh banyak manusia-manusia yang cerdas, terhadap salib Kristus. Mencari penyebab timbulnya perasaan terima kasih  adalah tujuan dari buku ini.

Salib Menjamah Kebutuhan Kita yang Terdalam

Apakah seseorang mengaku religius atau tidak, dia hanya membutuhkan sekilas pandangan tentang pentingnya salib agar sadar bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang memberikan tanggapan terhadap salib. Kebenaran salib membangkitkan perasaan terima kasih  terhadap salib yang belum pernah dirasakan, jauh lebih dalam dari perasaan yang pernah dialami oleh manusia sebelumnya. Sejarah menunjukkan puncak perasaan itu bila kebenaran akhirnya me-nembus kesadaran setiap orang di bumi. Setiap orang Kristen tahu bahwa seutas tali lembut mengikat jiwanya dengan Kalvari sebab Seseorang yang telah mati di sana sangat dekat dengan dirinya dan hampir-hampir menjadi dirinya sendiri. Tak ada simpati  yang lebih dalam dan dekat dengan seseorang di dunia ini dibandingkan simpati kita kepada Tuhan Yesus sementara Dia tergantung di kayu salib.  Karena Kristus mati bagi semua orang, “maka semua orang juga mengambil bagian dalam kematianNya.” 2 Korintus 5-14. Seorang yang mencari kebenaran tahu hal ini, dan ia yang menghindari ke-benaran ini tak dapat mengelak, mau tak mau harus berhadapan dengan kebenaran yang ditolaknya.

Percaya atau tidak, setiap orang akhirnya juga akan tahu kuasa yang dinyatakan di salib. “Dan, Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu,” kata Orang yang Disalibkan. Yohanes 12:32. Kita boleh memilih untuk menolak perasaan yang “menarik” kita kepada Yesus dalam jiwa kita, tetapi sebelum setiap orang  menderita karena ia tersesat, dia harus selalu menolak tarikan ini. Menolak kasih, “semua orang yang membenci Aku, mencintai maut,” kata Yesus. Amsal 8:36.

Tapi bila kita memilih untuk tidak menolaknya, kita akan ditarik kepada Kristus melalui salib-Nya. Jutaan setan yang menghalangi melalui segala keadaan dalam kehidupan, tak berkuasa melawan daya tarik ini, bagaikan seutas benang yang menarik sebuah kapal perang di tengah gelombang. Perkataan Yesus yang ditujukan kepa-da orang-orang Yunani yang bertanya-tanya, hanya dapat dimengerti sebagai pernyataan terhadap kekuatan yang menguasai hati semua orang melalui peninggian salib-Nya. Ini bukanlah pernyataan bahwa semua orang akan selamat, tapi semua orang akan merasakan kuasa yang menarik dari salib itu, beberapa orang akan menyerah dan yang lainnya terus menentangnya.

Pesona Salib Kristus yang Tak Dapat Ditolak

Apakah yang membuat salib Kristus mempunyai pesona yang tak dapat ditolak  bagi orang yang merenungkan maknanya? Jika Korban itu adalah sekedar seorang Zelot (pejuang Israel) yang fanatik atau seorang mistik  gila yang menganggap bahwa Dia adalah ilahi, atau jika Dia adalah sekedar seorang baik yang dibunuh secara tragis, kematianNya tidak akan lebih berkesan dari kematian seorang yang mati sahid atau seorang negarawan yang terbunuh. Pernyataan Korban itu bahwa Ia adalah Tuhan yang menyebabkan kematian-Nya mempunyai daya tarik abadi.

Tetapi  bagaimana kita tahu bahwa Dia adalah ilahi? Apakah iman kita padanya hanyalah khayalan? Apakah kerinduan kita akan upah kekekalan terlalu kuat sehingga kita mau menelan hal yang tak masuk akal agar dapat “lolos” dari  dunia yang keras tempat kita hidup?

Sekilas pandangan ke Salib adalah lebih baik dari semua argu-mentasi yang dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus adalah ilahi.  Sekali kita mengerti akan sifat dari kasih yang dinyatakan di salib, (maka) sudah jelas bahwa Korban adalah Anak Allah. Hanya “Tuhan adalah kasih.” 1 Yohanes 4:8. Kasih manusia saja tak akan pernah dapat menunjukkan demonstrasi kasih Allah bagi manusia seperti yang kita lihat di Kalvari. Mutu kasih yang dinyatakan disana adalah pengosongan diri tak terhingga di luar perhitungan kita, di luar kasih manusia yang berpusat pada cinta diri yang rapuh. Setiap hati manu-sia mengakui bahwa kasih yang demikian hanya dapat datang dari Allah sendiri dan permusuhan yang membunuh Korban itu pada hakekatnya karena kita “berseteru dengan Allah.”  Roma 8:7.  Kasih Yesus memberikan kesaksian dan bukti keilahianNya.

Kasih ini menampilkan salib ke dalam hati manusia yang menya-darkan bahwa Dia yang mati di sana adalah Saudara sejati dan ter-dekat bagi setiap manusia, Sahabat terpercaya yang selalu mencin-tainya ketika ia (=manusia) pun cenderung membenci dirinya sendiri, Teman seperjalanan yang setia menemani, dan yang mempercayai-nya ketika ia (=manusia) bimbang dan benci akan dirinya sendiri.  Setiap orang sewaktu-waktu dapat sedikit menyadari kecemerlangan dari semua harapan—bahwa Seseorang mempercayai dirinya dan yakin padanya meskipun Ia tahu sepenuhnya keberdosaannya.  Lebih indah dari kata-kata “Aku mencintaimu” adalah jaminan bahwa “Saya percaya padamu; Saya menanggung segala risiko bagi masa depanmu.” Tak ada suara manusia yang dapat memberikan jaminan seperti itu kepada kita. Sejak kita tahu dosa-dosa kita tak terbatas, hanya pengampunan dan kepercayaan yang tak terbatas yang membangkitkan kita. Setiap manusia yang telah mendengar Suara Peng-harapan yang membangkitkan semangat adalah bukti bagi semua orang bahwa Anak Allah telah datang menjadi manusia seperti kita. Kita dapat menolak dan mengabaikan Suara itu, tapi jika kita mau mendengarnya, kita akan terdorong untuk mengikut Kristus.

Suara yang berbicara kepada hati kita dan kebenaran yang tertulis di alam—keduanya menyatakan bahwa prinsip salib berasal dari surga.

Buku kecil ini hanya menyelidiki tentang salib. Jika kita menyimpulkan kunjungan kita di sini, penyelidikan ini hanyalah merupakan awal permulaan bagi kita berdua. Sumber kebenaran yang luas dan belum tergali ini adalah sebuah agunan bahwa pasti ada kehidupan abadi yang akan datang yang tak berkesudahan dan yang akan  di-persembahkan untuk mencari arti dari pengorbanan yang tak terbatas itu. Penyelidikan kita akan bertumbuh menjadi ilmu dan nyanyian umat tebusan sampai selama-lamanya.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *