YESUS YANG TEGUH HATI 

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu” Yesaya 50:7.

Yesus yang mengencangkan rahangnya. Ini adalah gambaran yang tidak biasa kita dapat mengenai diri-Nya. Kita terbiasa melihat gambaran umum dari wajah-wajah yang menunjukkan ketegasan–Patton, Napoleon, Eisenhower—tetapi bukan Yesus dari Nazaret. Terlalu seringkali kita memikirkan tentang Dia hanya sebagai Gembala yang lembut, yang sedang mengumpulkan anak-anak domba ke dalam lengan-Nya.

Namun nubuatan Yesaya memenuhi gambaran Alkitab yang digemakan dalam kata-kata Yesaya: “Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga. Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Lukas 9:51). Markus memberikan rincian kepada kita: “Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid-Nya merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut” (Markus 10:32).

Ini adalah pemandangan dari kekuasaan: Yesus berjalan di depan, mungkin karena Dia ingin sendirian dengan pemikiran-pemikiran-Nya sendiri. Murid-murid-Nya mengikuti tepat di belakang-Nya. Sikap dari Yesus, sekarang begitu berbeda, membuat mereka merasa cemas. Rahang-Nya mengencang, mata-Nya bersinar dengan ketegangan, seluruh pembawaan-Nya menunjukkan keteguhan hati. Dia telah sampai pada suatu keputusan dan sedang maju terus tidak peduli apa pun risikonya.

Kesimpulan itu tampaknya tidak mungkin: Yesus memilih untuk pergi ke Yerusalem, walau Dia mengetahui bahwa penolakan, umpatan, pengkhianatan, pencambukan dan kematian sedang menanti-Nya di sana. Kehidupan-Nya tidaklah digoreskan; Dia bukanlah seorang aktor, apalagi seorang boneka jari. Dia dapat memilih untuk tidak pergi ke Yerusalem dan menuju ke salib. Dia dapat menggagalkan misi-Nya. Di dalam dunia yang mendatang, Dia menanggung risiko “kegagalan dan kehilangan abadi” (The Desire of Ages, hlm. 49).

Itulah Sang Penebus! itulah Tuhan! Kristus yang-tegun hati yang memenangkan keselamatan kita. Dan kita yang mengikuti jejak-Nya sekarang, apakah kita mengharapkan “akan diangkat ke awan-awan yang penuh dengan taburan bunga kemudahan,” seperti yang dituliskan dalam lagu-lagu lama itu? Apakah tanda dari Kekristenan kita adalah perasaan senang, hangat, dan nyaman ketika mengikuti Yesus? Atau apakah kita mengetahui bahwa mengikut Dia berarti mengencangkan wajah-wajah kita seperti sebuah batu api, untuk memutuskan tetap setia kepada-Nya, tidak peduli apa pun risikonya?

Rasul Paulus mengetahui kebutuhan dari rahang yang mengeras. Dengan mengabaikan semua nasihat dan anjuran, dia juga menetapkan untuk pergi ke Yerusalem, walau dia tahu bahwa ikatan-ikatan dan penderitaan sedang menantinya di sana.

Ini adalah kasih karunia yang peka—kasih karunia dari Kristus yang meneguhkan hati.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  72

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *