BADAI SUAR MATAHARI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

 Pada tanggal 1 September 1859, Super Carrington Flare, semburan panas matahari terbesar dalam sejarah modern, menghantam bumi, menyebabkan badai geomagnetik terkuat yang pernah tercatat. Suar itu menyebabkan Cahaya Utara (Aurora Borealis) bersinar sangat kuat sehingga terlihat di seluruh dunia, bahkan dari Kepulauan Karibia. Suar tersebut begitu terang di atas Pegunungan Rocky sehingga para penambang emas mengira sudah pagi dan bangun untuk menyiapkan sarapan!

 Antara 28 Agustus dan 2 September 1859 banyak bintik bintik dan semburan matahari teramati di bawah sinar matahari. Astronom Inggris Richard Carrington mengamati suar besar yang tidak biasa sebelum tengah hari pada tanggal 1 September. Badai ini, juga disebut Solar Superstorm 1859, menyebabkan kegagalan jalur telegraf di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Beberapa operator bahkan terkejut akan kejadian tersebut. Tiang Telegraf benar-benar memercikan api dan kertas telegraf kadang-kadang mulai terbakar. Ada beberapa sistem yang terus mengirim dan menerima pesan meski terputus dari sumber daya. Pada umumnya, sistem komunikasi tempat jutaan orang bergantung telah terbakar.

 Badai geomagnetik yang disebabkan oleh semburan matahari mempengaruhi magnetosfer bumi untuk sementara. Sampel inti es dari Greenland telah menunjukkan bahwa fenomena ini terjadi setiap 500 tahun sekali. Badai yang tidak terlalu parah terjadi pada tahun 1921 dan 1960 dan menyebabkan gangguan radio yang meluas. Pada musim gugur tahun 2003, ada 17 semburan matahari besar yang diamati yang mengakibatkan tidak berfungsinya radio. Satelit Jepang rusak parah dan sistem WAAS dari Administrasi Penerbangan Federal tidak aktif selama sekitar 30 jam karena badai. Dipercaya jika semburan matahari seperti badai tahun 1859 menghantam dunia saat ini, maka akan memutuskan Internet dan komunikasi modern dalam skala global.

 Alkitab mengatakan ini bukan pertama kalinya komunikasi internasional terputus melalui fenomena surgawi. Beberapa tahun setelah banjir Nuh, umat manusia mulai bermigrasi ke dataran dan membangun menara “untuk membuat nama bagi diri mereka sendiri” (Kejadian 11: 4). “Mereka langsung memberontak terhadap Tuhan, dan Tuhan turun …” dan “mengacaukan bahasa mereka” (ayat 7) sehingga mereka tidak dapat berkomunikasi. Orang-orang kemudian berpencar ke luar negeri dan Menara Babel tidak pernah selesai.

Menara pemberontakan apa yang telah kita bangun sehingga dapat memutuskan komunikasi kita dengan surga?

Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Kejadian 1:1.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *