OPERASI BARBAROSSA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Invasi terbesar dalam sejarah perang adalah Operasi Barbarossa, nama sandi Jerman untuk menginvasi Uni Soviet selama Perang Dunia II.  Tiga kelompok tentara Axis yang terdiri dari empat juta tentara.

Ukuran dan skala invasi mendadak Nazi Jerman ke Rusia mulai tanggal 22 Juni 1941, tidak ada bandingannya.  Jumlah pasukan yang sangat besar, dikombinasikan dengan 3.580 tank, 7.184 senjata artileri, 1.830 pesawat, dan 750.000 kuda, mengejutkan dunia.  Rencana luar biasa Jerman itu adalah melintasi perbatasan sejauh ribuan mil, dari Baltik ke Laut Hitam.  Barbarossa adalah blitzkrieg terbesar yang pernah dilakukan.

Pada awalnya, strategi itu tampaknya berhasil.  Rencana ambisius tapi jahat Adolf Hitler untuk menaklukkan Uni Soviet bukannya tanpa biaya.  Hampir 95 persen dari semua korban tentara Jerman terjadi selama serangan ini.  Secara taktik, Jerman tampaknya meraih kemenangan, tetapi keberhasilan mereka terhenti di luar gerbang Moskow.  Soviet menahan bahkan mendesak tentara Jerman dan Wehrmacht tidak berhasil menaklukan Moskow.  Musim dingin dan jalan berlumpur menambah sengsara pasukan Nazi.

Kegagalan Barbarossa adalah titik balik kesuksesan Reich Ketiga.  Kesalahan Hitler dalam membuka Front Timur dan pengggunaan kekuatan besar dalam invasi, menciptakan operasi ini sebagai pertempuran terbesar dan paling mematikan dalam Perang Dunia II.  Kondisi yang mengerikan terjadi pada kedua pihak, baik Jerman maupun Uni Soviet.  Pemimpin Nazi Jerman yang bangga akhirnya direndahkan.

Teks Alkitab pagi ini mengingatkan saya bahwa mereka yang mengangkat diri terlalu tinggi pada akhirnya akan jatuh.  Orang yang angkuh meninggikan dirinya di atas orang lain.  Anda dapat menemukan banyak contoh dalam Alkitab tentang orang-orang yang sombong dan angkuh.  Saul menolak nasihat para penasihatnya.  Raja Zedekia sangat membenci kata-kata Yeremia sehingga dia membakar gulungan-gulungan yang dikirimkan kepadanya.  Bahkan Yudas, seorang murid Yesus, berpaling dari panggilan lembut Tuhan-nya;  dia berpikir bahwa dia mengetahui cara yang lebih baik.

Adolf Hitler diperingatkan oleh para jenderalnya untuk tidak mengirim pasukan ke timur, tidak berperang dengan Rusia, dan tidak menguras sumber daya negara yang semakin menipis.  Kita semua, apakah kita pemimpin atau bukan, perlu belajar kerendahan hati sebelum menerima kehormatan.  Sebaiknya kita mendengar sebelum berbicara, mempertimbangkan sudut pandang lain sebelum memaksakan rencana kita sendiri.  Pada akhirnya, kita akan terhindar dari kehancuran dan selamat dari rasa malu.

Bacaan tambahan: Amsal 18:13–24

Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya. Amsal 18:12,13.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *