PUJIAN, BAGAIKAN AIR SUNGAI JERNIH YANG MENGALIR

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam. Mazmur 92:2, 3.

Bilamana kebenaran dihargai, . . . kita mempunyai perasaan belas kasihan dan kasih sayang Tuhan yang besar. Bilamana kita mengulangi kembali bukan bagian-bagian yang gelap dalam pengalaman kita yang kita keluhkan, tetapi manifestasi belas kasihan-Nya yang besar dan kasih yang tak pernah gagal dan kuasa yang dinyatakan dalam kelepasan kita, kita akan memuji-Nya jauh melebihi keluhan Kita akan berbicara mengenai kasih setia Tuhan, sebagai seorang Gembala yang benar, lembut dan berbelas kasihan, yang menggembalakan kawanan ternak-Nya, yang telah dinyatakan-Nya tak seorang pun yang bisa mengambilnya dari tangan-Nya. Bahasa hati tidak lagi sungutan yang mementingkan diri sendiri dan keluhan, tetapi pujian, bagaikan air sungai yang jernih yang akan mengalir dari anak Tuhan yang benar dan percaya. . . .

Tuhan penuh dengan sumber daya. Ia tidak kekurangan suatu apa pun. Kekurangpercayaan kita, keduniawian kita, kata-kata murahan kita, ketidakpercayaan kitalah yang menyebabkan bayangan gelap menutupi sekeliling kita. . . . Bait Tuhan terbuka di surga, dan ambang pintu berlimpah dengan kemuliaan bagi setiap jemaat yang mengasihi Tuhan dan yang menuruti perintah-perintah-Nya. Kita perlu belajar, merenung dan berdoa. Kemudian kita akan mempunyai penglihatan kerohanian untuk melihat bagian dalam dari bait alam semesta itu. Kita akan menangkap nyanyian tema ucapan syukur paduan suara surgawi yang ada di sekitar takhta itu.

Bilamana Sion bangkit dan bersinar, terangnya adalah yang paling mampu menembusi, dan nyanyian-nyanyian pujian dan ucapan syukur akan terdengar dalam perkumpulan orang-orang kudus. Persungutan, keluhan dan ratap tangis atas kekecewaan-kekecewaan kecil dan kesulitan-kesulitan tidak terdengar lagi. Pada waktu kita memakai salap mata keemasan itu kita akan melihat kemuliaan di baliknya. Iman akan dihentikan dari bayang-bayang neraka Setan, dan kita akan melihat Pembela kita mempersembahkan dupa jasa-jasa-Nya demi kita. . . .

Marilah kita memuliakan Tuhan sementara kita masih di dunia ini. Marilah kita bersatu dengan rombongan surgawi di atas. Maka kita akan menyatakan kebenaran itu sebagaimana adanya—suatu kuasa kepada semua yang percaya.

Inilah Hidup yang Kekal Hal. 272


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *