TUHAN YANG TINGGAL DI ANTARA KITA

Mengenal Yesus
Mari bagikan artikel ini

Ramses II memerintah Mesir dari 1279-1213 SM. Dia dikenal oleh semua orang sebagai Ramses The Great. Sebagai Firaun muda, ia berjuang dalam banyak peperangan untuk melindungi negaranya dari Nubia, Het, Libya, dan Suriah. Ramses II hidup sampai usia 96 tahun dan merupakan firaun ketiga dari Dinasti ke-19. Dia mengidentifikasi dirinya sebagai dewa di antara rakyatnya selama pemerintahannya. Dia mendirikan patung dirinya yang sangat besar, lebih dari Firaun lainnya.

Mumi Ramses II perlu diangkut ke Prancis karena beberapa masalah dalam pelestariannya pada tahun 1974. Hukum Prancis mengharuskan setiap orang, hidup atau mati, terbang dengan paspor yang masih berlaku. Jadi Mesir terpaksa mengeluarkan paspor untuk membuktikan identitasnya sebagai raja dewa setelah 3.000 tahun. Paspor itu memuat foto wajah kunonya, namanya, dan profesinya tercatat sebagai “Raja (almarhum)”. Setibanya di bandara, ia dielu-elukan sebagai raja, berhak atas semua kehormatan militer.

Di zaman kuno, nama membawa identifikasi yang lebih penting daripada zaman modern. Dengan cara yang sama, ketika nama seseorang berubah, itu dapat dilihat sebagai simbol transisi yang dialami orang tersebut.

Kita melihat di dalam Alkitab Tuhan memberikan nama-nama baru. Misalnya, Tuhan mengubah nama Abram menjadi Abraham untuk menunjukkan bahwa dia telah menjadikannya bapa dari banyak bangsa. Tuhan mengubah nama Sarai menjadi Sarah dari “putriku” menjadi “putri.” Dia mengubah nama Yakub menjadi Israel, yang berarti orang yang bergumul dengan Tuhan. Jadi setiap kali Tuhan mengubah nama seseorang, biasanya untuk memberikan identitas baru kepada orang itu.

Ketika Musa sedang menggembalakan domba ayah mertuanya di lereng Gunung Horeb, Dia melihat semak yang terbakar di Keluaran 3:13-15. Allah memerintahkan Musa untuk pergi ke Mesir dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan. Musa kemudian bertanya kepada Tuhan, “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? – apakah yang harus kujawab kepada mereka Firman Allah kepada Musa: ”AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: ”Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.”

Tuhan memperkenalkan diri-Nya sebagai Tuhan nenek moyang mereka; kemudian Dia membuktikan bahwa Dia setia pada perjanjian yang Dia buat dengan Abraham dan keturunannya. Kemudian Dia berkata tiga kali, “AKU ADALAH AKU”… “AKU telah mengutus Aku kepadamu” dan Tuhan . . . telah mengutus aku kepadamu. . . itulah nama-Ku untuk selama-lamanya. Mazmur 9:10 mengatakan, “Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu.” Itu artinya orang yang mengenal Tuhan dengan nama ini juga mengalami kehadiran-Nya karena itu adalah cerminan dari karakter-Nya.

Setelah bangsa Israel meninggalkan Mesir, Tuhan masih bersama mereka, menunjukkan identitas belas kasihan-Nya melalui kehadiran-Nya. Dalam Keluaran 25:8, Tuhan berkata, “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.” Kata Ibrani “shakan” — “tinggal”, berarti menjadi penduduk tetap dalam suatu komunitas. Hal ini terkait erat dengan kata “Shekinah,” yang berarti perwujudan dari kemuliaan ilahi. Tuhan berjanji untuk “tinggal di antara mereka” sehingga kehadiran-Nya yang berkelanjutan akan terasa di antara umat-Nya yang sangat Dia kasihi.

Siang dan malam di padang gurun, Tuhan berjalan di depan mereka seperti tiang awan dan tiang api (Kel. 13:21). Simbol-simbol yang jelas ini membuat anak-anak-Nya sadar akan kehadiran dan pemeliharaan-Nya yang tiada henti.

Akhirnya, kita melihat bahwa Yesus juga disebut Imanuel. Nama ini muncul tiga kali dalam Alkitab, dua kali dalam Perjanjian Lama dalam kitab Yesaya (7:14, 8:8), dan sekali dalam Injil Matius (1:23). Yohanes menggambarkan Yesus sebagai “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.” Yohanes 1:14. Ini secara harfiah berarti “mendirikan kemahnya,” yang mengingatkan kehadiran Shekinah Tuhan di Bait Suci Perjanjian Lama. Meskipun Dia adalah Raja Tertinggi Semesta, Tuhan segala tuhan memilih untuk tinggal di antara kita. Alkitab berjanji bahwa “Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi” (Yosua 1:9).

Dalam suka dan duka, Dia bersama kita. Salah satu kata terakhir yang diucapkan oleh Kristus adalah, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Kita dapat yakin bahwa Tuhan menyertai kita karena itulah karakter-Nya. Karena itu, Dia layak mendapatkan semua kehormatan dan kemuliaan. Dia mengasihi, Dia peduli, dan Dia tinggal di antara kita. Semoga kita berjalan hari ini dengan kesadaran yang terus-menerus akan kehadiran-Nya.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *