Roz Savage adalah seorang pendayung lautan pemberani dan pemerhati lingkungan hidup, tetapi paruh pertama kehidupan Roz sama sekali bukanlah petualangan. Pada tahun 2001, wanita Inggris berusia 34 tahun itu adalah seorang konsultan manajemen dan bankir investasi yang bekerja setiap hari di bilik kantor. Tahun itu, saat dalam perjalanan kereta api, dia menuliskan dua kemungkinan obituari untuk hidupnya—yang dia jalani saat ini dan yang benar-benar ingin dia jalani. Roz kemudian membuat keputusan yang berani untuk melepaskan penghasilan tetap dan rumahnya yang besar di pinggiran kota.
Pada tahun 2003, ia ikut serta dalam ekspedisi yang menemukan reruntuhan Inca di hutan awan Andes dekat Machu Picchu. Selanjutnya dia berlari mengikuti maraton London dan New York dan tergolong pada dua persen teratas saat memasuki garis akhir. Roz aktif dalam lomba dayung saat masih kuliah di Oxford, hingga suatu hari dia memutuskan untuk mendayung melintasi Samudra Atlantik seorang diri dengan perahu dayung sepanjang 23 kaki, tanpa kapal lain untuk mendukungnya. Sepanjang perjalanan, keempat alat dayungnya patah, sehingga lebih dari setengah perjalanannya dia menggunakan dayung yang disambung.
Kompor masaknya rusak setelah hanya 20 hari, menyusul peralatan navigasi dan alat musiknya. Dia tetap menulis pada weblog hariannya sampai hari ke 80, ketika telepon satelitnya gagal, hingga hanya menyisakan transponder posisi untuk menunjukkan melalui gerakannya bahwa dia masih hidup. Pada tanggal 14 Maret 2006, setelah 103 hari mendayung, dia berhasil menyeberangi Atlantik.
Pada tahun 2008, ia menjadi wanita pertama yang mendayung solo dari California ke Hawaii. Pada tahun 2009, ia mendayung dari Hawaii ke Tarawa di Kepulauan Kiribati. Kemudian pada Juni 2010, Roz Savage, 42, mendayung perahunya dari Kiribati ke Madang di Papua, New Guinea, menjadi wanita pertama yang mendayung sendirian melintasi Pasifik. Sejauh ini dia telah mendayung lebih dari 11.000 mil, melintasi lautan dengan 3,5 juta langkah dayung, dan menghabiskan lebih dari satu tahun hidupnya di laut.
Alkitab berkata, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga.” (Pengkhotbah 9:10). Karena hidup kita di dunia ini terbatas, kita harus berusaha untuk mencapai semua yang kita mampu, terutama dalam hal-hal rohani. Yesus berkata, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” (Yohanes 9:4). Betapa pentingnya menjadikan Tuhan dan pekerjaan-Nya sebagai prioritas utama dalam hidup kita!
Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Pengkhotbah 3:10.
-Doug Batchelor-