PENCIPTAAN

PENCIPTAAN: MEMBENTUK DUNIA (4)

Belajar Alkitab Pendalaman Alkitab
Mari bagikan artikel ini

MENYIAPKAN LINGKUNGAN HIDUP (Tempat Untuk Tinggal)

Bukan kebetulan. Karena bumi ini diciptakan Allah “bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami” (Yes. 45:18), maka bumi harus dapat menopang kehidupan, atau yang kita sebut sebagai lingkungan hidup. Setelah membungkus planet ini dengan atmosfer yang dapat menopang dan sekaligus melindungi kehidupan, sebagai habitat yang cocok bagi manusia sebagai tujuan utama penciptaan, kemudian Allah memisahkan antara daratan dengan lautan. Manusia dan sebagian besar makhluk ciptaan lainnya dikodratkan untuk hidup di darat, dan sebagian lagi makhluk ciptaan hidup di air atau laut.

“Sebelumnya, bumi ditutupi dengan air. Untuk menyediakan ruang hidup bagi manusia yang direncanakan Allah untuk diciptakan, Ia mengubah permukaan bumi untuk menghasilkan cekungan yang menampung air dan membentuk lautan, sehingga muncullah daratan. Ini menyangkut pemisahan ketiga dari bentuk fisik bumi. (Pemisahan pertama adalah antara terang dan gelap; pemisahan kedua antara air di atas dan air bawah; dan pemisahan ketiga antara tanah kering dan lautan).”

Pengaturan ini mustahil terjadi secara kebetulan tanpa sesuatu kuasa yang merancang semua ini. Jadi, konsep bahwa alam semesta ini telah terjadi secara kebetulan itu hanya bisa menjelaskan probabilitas statistik tentang suatu kejadian, namun “kebetulan” itu sendiri tidak dapat berbuat sesuatu. Sama seperti melakukan undian (toss) dalam sebuah pertandingan sepakbola, dengan cara melemparkan sekeping uang logam untuk menentukan tim mana yang akan menendang bola pertama. Apakah uang logam itu akan jatuh dengan sisi depan atau sisi belakang yang menghadap ke atas kemungkinannya sama besar, yaitu 50%? Tentu saja suatu hal yang mustahil. “Kebetulan” tidak dapat menentukan sisi mana yang akan jatuh dalam posisi menghadap ke atas, tapi hanya dapat menjelaskan probabilitas yang besarnya sama. Faktor-faktor yang menentukan di sini adalah arus dan tekanan udara saat uang logam itu dilempar ke atas, ketinggian lemparan, dan pada titik mana uang logam itu ditangkap ketika jatuh kembali ke bawah. “Kebetulan” hanya bisa memperkirakan besarnya peluang antara sisi depan dan sisi belakang untuk menghadap ke atas saat uang logam itu ditangkap.

Allah sumber kehidupan. Sinar matahari adalah energi vital yang menunjang kehidupan di muka bumi ini. Bahkan, ilmu pengetahuan mengajarkan kita untuk percaya dan membawa kita kepada kesimpulan bahwa tanpa energi dari sinar matahari maka kehidupan di bumi ini akan mati. Tapi coba perhatikan bahwa pada hari ketiga dalam minggu penciptaan itu Allah sudah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji sebelum ada matahari yang baru akan diciptakan pada hari berikutnya, atau hari keempat. Dengan kata lain, umur tumbuhan lebih tua daripada umur matahari. Kalau (seandainya) penciptaan tidak terjadi selama masa enam hari dalam arti harfiah, tetapi berlangsung sangat lamban sampai triliunan tahun (sebagaimana mitos yang dipercaya banyak orang), apa jadinya dengan kehidupan dari pohon biji-bijian dan tumbuhan berbiji yang sudah bertumbuh sebelum matahari ada?

Perhatikan juga bahwa tumbuhan itu tidak dimulai dengan biji sebagai benih, tapi langsung sudah menjadi pohon-pohon yang cukup dewasa untuk mengeluarkan tunas-tunas dan berbuah. Baru pada proses regenerasi di kemudian hari yang mengikuti siklus pertumbuhan yang dimulai dengan biji dan tunas, tapi pada awalnya tumbuhan itu sudah ada sempurna. Inilah kehidupan pertama di atas muka bumi ini sebelum jenis-jenis kehidupan lainnya menyusul kemudian, dan itu sudah muncul sebelum ada matahari sebagai sumber energi alamiah yang menopang kehidupan. Hal ini bisa terjadi karena Allah sendiri adalah Sumber kehidupan sejati, dan bilamana Dia menghendaki suatu kehidupan untuk hadir di sebuah tempat dan pada suatu waktu, itu pasti terjadi tidak peduli apakah lingkungan alam sekitarnya dapat menopang kehidupannya atau tidak. Alkitab menyatakan, “Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.’ Dan jadilah demikian” (Kej. 1:11).

“Ayat itu tidak menyebutkan berapa banyak jenis tumbuhan berbeda yang diciptakan, tetapi mengindikasikan bahwa pada mulanya sudah ada beraneka-ragam tumbuhan. Bahkan, dari apa yang kita lihat sekarang ini, kita mengetahui bahwa pasti ada keragaman yang luar biasa dari bentuk-bentuk kehidupan ini. Kitab suci juga jelas mengatakan bahwa di sini tidak ada leluhur tunggal dari mana semua tumbuhan itu berkembang; sebaliknya, sejak dari awal sudah ada suatu keanekaragaman hayati. Konsep tentang suatu leluhur tunggal dari tanaman, yang merupakan dasar bagi biologi evolusioner, adalah bertentangan dengan catatan Alkitab.”

Fakta bahwa Allah telah menciptakan bumi ini untuk menjadi sebuah lingkungan hidup yang sesuai dan sanggup untuk menopang kehidupan itu menunjukkan kekuasaan-Nya yang besar sebagai Pencipta dan Sumber kehidupan. Barangkali nasihat dari pena inspirasi berikut ini berguna khususnya bagi mereka yang hidup dari bercocok-tanam: “Kita tidak boleh bimbang dan kecewa akan hal-hal jasmani yang menunjukkan kegagalan, kita juga tidak boleh putus asa oleh keterlambatan. Kita harus mengerjakan tanah itu dengan gembira, penuh harap dan bersyukur, percaya bahwa tanah menyimpan persediaan yang kaya bagi pekerja yang tekun untuk mengumpulkannya, lebih kaya daripada emas dan perak…Dengan pengolahan tanah yang sesuai dan cerdik, tanah akan mengeluarkan perbendaharaannya demi keuntungan manusia…Allah menciptakan biji sebagaimana Ia menjadikan bumi, yaitu oleh firman ilahi. Kita harus menggunakan kemampuan akal budi kita dalam mengolah tanah, dan percaya kepada firman Allah yang sudah menciptakan buah-buah dari tanah untuk keperluan manusia” (Testimonies to Ministers, hlm. 243).

Apa yang kita pelajari tentang bagaimana Allah menciptakan kehidupan dan lingkungan hidup?

  1. Bumi ini tercipta bukan secara kebetulan, tetapi Allah yang merancangnya untuk menjadi sebagai wahana lingkungan hidup yang sempurna bagi manusia. Bahkan meski pun dosa sudah masuk dan merusak planet ini kita masih dapat menyaksikan sisa-sisa keajaiban penciptaan bumi ini.

  2. Keanekaragaman hayati adalah konsep yang digunakan Allah saat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di bumi, dan keanekaragaman itu sudah ada sejak permulaan. Berbagai spesies tumbuhan baru yang muncul di kemudian hari, baik akibat mutasi genetik maupun tuntutan penyesuaian lingkungan, hanya menunjukkan betapa dahsyatnya desain penciptaan ilahi itu.

  3. Terciptanya tumbuhan di bumi sebelum ada sinar matahari sebagai sumber energi yang menopang kehidupan membuktikan bahwa Allah adalah Sumber kehidupan sejati, dan bahwa kehidupan yang bersumber dari Allah tidak tergantung pada kondisi alam lingkungan yang sesuai atau tidak. Allah juga dapat mengubah kondisi sebuah tempat menjadi suatu lingkungan hidup yang menopang kehidupan di mana umat-Nya berada.

 

Bersambung . . . 

Editor : Setyo Kusuma A.

PENCIPTAAN: MEMBENTUK DUNIA (1)

PENCIPTAAN: MEMBENTUK DUNIA (2)

PENCIPTAAN: MEMBENTUK DUNIA (3)


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *